Satu Islam Untuk Semua

Friday, 31 March 2017

Gus Mus: Jangan Biarkan Persoalan Pribadi Merusak Hubungan Baik Kita dengan Sesama


islamindonesia.id – Gus Mus: Jangan Biarkan Persoalan Pribadi Merusak Hubungan Baik Kita dengan Sesama

 

Seperti saban Jum’at, Pengasuh Ponpes Raudhatu Thalibin Rembang KH. Ahmad ‘Gus Mus’ Mustafa Bisri kembali menyampaikan petuah via akun twitter pribadinya hari ini, 31/3. Setelah menyapa netizen, Gus Mus mendoakan agar Tuhan memberkahi manusia dengan rahmat-Nya serta menjaga akal sehat kita.

Di hari yang sama, Jebolan Al Azhar Mesir itu juga menasihati agar jangan sampai hubungan sesama manusia, termasuk Muslimin, tidak rusak hanya karena masalah individu masing-masing.

“Persoalan pribadi kita janganlah kita biarkan memengaruhi dan merusak hubungan baik kita dengan sesama,” kata pemilik akun @gusmusgusmu itu yang diretweet lebih dari 1.500 kali, 31/1.

Bagi ulama senior asal Rembang ini, kita sebagai manusia,  sejak asalnya memiliki ‘athifah atau emosi yang bawaannya mirang-miring kesana kemari. Apalagi dalam dan di sekeliling kehidupan kita banyak faktor yang mempengaruhi manusia, yang mendorong kesana atau menarik kemari.

“ Kita mencintai dan senang, condong kemari; kita marah dan benci, miring kesana,” katanya seperti yang ia tulisan dalam gusmus.net.

Dalam konteks ini, Gus Mus sering kali menegaskan pentingnya menempatkan setiap sesuatu pada tempatnya, proporsional atau adil. Maraknya kasus-kasus mulai dari korupsi, main hakim sendiri, perkelahian ‘antar pemain’, krisis kepercayaan, hingga tindak kekerasan dan terorisme; misalnya, jika ditelusuri, sumbernya tidak lain adalah ketidak-adilan.

“Bahkan Allah wanti-wanti: Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum (menurut kebanyakan mufassir ‘kaum’ disini yang dimaksud adalah orang-orang kafir!) menyeretmu untuk berlaku tidak adil; berlaku adillah! Itu lebih dekat kepada takwa…” katanya mengutip Alquran, surah Al Maidah, ayat 8.

Gus Mus melanjutkan, sering kali kita menuntut perlakuan adil dari pihak lain, namun sering kali juga kita tidak sadar telah berlaku tidak adil terhadap pihak lain.

“Adil, jejeg, mengandung pengertian objektif, i’tidaal, proporsional, tawaazun,” jelasnya

Ketika ada seorang oknum polisi yang doyan sogok, misalnya, lalu kita mengatakan semua polisi doyan sogok.

“Ucapan kita ini jelas tidak benar dan tidak adil,” katanya.

Gus Mus sendiri mengakui menjaga sikap proporsional ini tidaklah mudah meski tak menafikan keharusannya. Karena itulah, lanjut mantan Rais Am PBNU ini, kita dianjurkan untuk saling menasehati, saling beramar-makruf-nahi-munkar, dan saling membantu dalam kebajikan.

“Termasuk membiasakan memandang sesuatu tidak hanya secara ‘hitam-putih’ dan membiasakan berlaku adil,” katanya. []

 

YS/ islam indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *