Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 25 September 2014

Gelombang Pasang Phobia Islam di Australia


Muslim women

Jika ada daftar kota-kota di dunia yang tak ramah pada perempuan berjilbab, Brisbane di Australia nampaknya ada di urutan atas.

Koran The Sunday Mail pekan lalu melaporkan maraknya penyerangan berlatar kebencian atas Islam di kota berpenduduk terbesar di negara bagian Queensland itu. Penyerangan itu, melulu menyasar perempuan berjilbab, menjamur meski walikota dan pejabat senior polisi disana berulangkali menghimbau adanya ketenangan dan kerukunan.

Menurut koran, salah seorang korban di antaranya kena siram kopi di wajah saat sedang berdiri menunggu lampu merah di sebuah perempatan di selatan Brisbane. Perempuan itu bercerita bahwa seorang lelaki bermobil tiba-tiba saja berhenti dan menyiramkan kopi ke wajahnya, sebelum akhirnya berlalu begitu saja.

“Saya ketakutan,” kata Muslimah yang tak disebutkan identitasnya itu. “Saya mereka tak aman. Saya merasa orang asing di negara saya sendiri.”

Muslimah lainnya melaporkan jadi bulan-bulanan penghinaan dan ancaman. Salah seorang di antaranya bercerita kalau seorang lelaki di jalan tiba-tiba memaksa dia untuk melepas jilbab dengan alasan ingin membakarnya.

Lain lagi dengan cerita Sarah, 30. Dia bilang dia sedang berdiri di luar sebuah toko di kawasan Underwood saat seorang lelaki yang melintas mendadak memakinya dengan kata-kata kotor tanpa sebab.

Belum lepas dari keterkejutannya, 20 menit berlalu, dia kembali menerima makian serupa dari lelaki yang lain. “Sangat menakutkan mendengar kata-kata kasar dan penuh kebencian seperti itu. Saya betul-betul cemas,” katanya.

Rekan Sarah, Stacey, 27, juga merasakan hal aneka penghinaan di dunia maya. “Saya ini generasi Muslim ketujuh di Australia,” katanya gundah. “Keluarga saya sama Australianya dengan warga lainnya namun saya merasa ketakutan.”

Sejumlah laporan di media Australia menyebutkan populasi Muslim mencapai 37.000 orang dari 4,6 juta penduduk Queensland. Sebagian besar dari mereka adalah kalangan imigran yang sudah menetap beberapa generasi di Australia.

Tokoh Muslim Brisbane, Ali Kadri, gundah dengan semua kejadian anyar itu. “Segala rupa penyerangan ini harus dihentikan segera,” katanya berharap. “Sebab beginilah ekstrimisme bermula. Ia berawal dari pikiran, terucap dalam kata, lalu akhirnya berwujud kekerasan.’’

Gelombang pasang penyerangan terhadap perempuan berjilbab ini terjadi tak lama setelah aneka teror menimpa tiga mesjid di Brisbane. Di Mesjid Mareeba, misalnya, seseorang bahkan sempat menuliskan kata “Setan” di dinding mesjid.

Komisaris Polisi Ian Stewart meminta perempuan berjilbab yang  jadi korban penyerangan untuk segera melapor. “Kami mengharapkan kerjasama seluruh komunitas Muslim, khususnya yang pernah jadi korban penyerangan,” katanya menjanjikan perlindungan.

(Andi/The Courier Mail)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *