Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 11 February 2014

Forum Curhat Dua Agama


foto:voanews.com

Sekumpulan Muslim dan orang Yahudi Amerika berusaha saling memahami lewat budaya bercerita. 

 

Suatu siang di Los Angeles. Seorang lelaki muda berdiri di tengah suatu pertemuan. Di hadapan kawan-kawan Yahudi dan Muslim lainnya, ia yang sehari-hari berprofesi sebagai dokter bedah syaraf  itu sedang mengisahkan cerita masa kecilnya. ” Saat bocah saya adalah seorang yatim piatu, dan kemudian dibesarkan oleh sebuah keluarga Yahudi yang mendidik saya agar tetap beragama Islam,”ungkapnya. 

Usai lelaki tersebut, giliran seorang perempuan Yahudi berbagi  kisah. Isinya tentang kenangan masa kecil dia dengan sang kakek dan sang nenek, dua tawanan Nazi yang berhasil luput dari holocaust di Eropa Timur. Semua kisah manusiawi tersebut merupakan bagian dari acara berbagi pengalaman yang diadakan oleh NewGround, sebuah kelompok sosial kemasyarakatan yang berusaha menjembatani perbedaan budaya antara orang-orang Yahudi dengan orang-orang Muslim. 

Menurut Tanzila Ahmed, bagi mereka yang selama ribuan tahun selalu diposisikan berlawanan tersebut, kegiatan seperti ini sangat membantu belajar untuk saling memahami. ” Ini seperti kaledoskop cerita dan pandangan dari komunitas yang berbeda, dan lewat cara ini kita bisa benar-benar saling mendekatkan diri dengan lebih mudah,” ujar muslimah asal Bangladesh itu. 

Edina Lekoviv, salah satu penggagas berdirinya NewGround, menyebut konflik yang terjadi di Timur Tengah kerap memberi imbas yang buruk hingga ke Los Angeles. Bahkan menurut perempuan yang bekerja untuk kelompok bantuan Muslim, konflik tersebut kerap membangun suatu dinding pemisah antara komunitas Yahudi dan Islam. 

“Secara alami, mereka tahu bagaimana caranya saling mendekatkan diri. Mereka punya hubungan sejati, dan pada saat bersamaan, tidak terperangkap dengan apa yang terjadi di luar negeri…” katanya. 

Hampir setiap tahun, NewGround melakukan seleksi yang menghasilkan 20 profesional Muslim dan Yahudi untuk berpartisipasi dalam program lintas agama ini. Program tersebut diadakan  guna membantu mereka mendapatkan keterampilan, akses dan kontak yang diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana warga Muslim dan Yahudi saling mendekatkan diri di Amerika. Peserta-peserta itu menghadiri dua pertemuan akhir minggu dan bertemu dua kali sebulan dari November sampai Juni untuk belajar saling mengenal baik di antara mereka maupun di di antara para pemimpin komunitas. 

Menurut Rabbi Sarah Bassin sesungguhnya marak sekali organisasi yang berupaya mempertemukan warga Muslim dan Yahudi. Namun demikian, sedikit yang bisa mendekatkan mereka. 

“Percakapan di antara mereka umumnya belum dimulai. Kami belum punya kosa kata yang tepat untuk duduk dalam satu meja seperti yang telah dilakukan masyarakat Yahudi dan Kristen dalam 50 atau 60 tahun terakhir ini, khususnya sesudah masa  holocaust,” ujar Direktur Eksekutif NewGround tersebut, 

Abbie Barash, seorang Yahudi yang baru bergabung dalam kelompok ini, menyatakan, banyak bertemu teman baru di kelompok ini. “Kami menjadi dekat, walaupun baru saling mengenal sebulan ini. Ini sangat berarti bagi saya.”ungkapnya. 

Amir Abdullah mengamini apa yang dikatakan teman Yahudinya tersebut. Namun demikian, menurutnya, tidak berarti kegiatan ini menjadikan mereka seragam dalam berpendapat. “Muslim dan Yahudi tidak bisa sepakat dalam segala hal. Di antara Muslim juga banyak yang tidak sepakat dalam banyak hal. Tetapi, jika kita bisa berbagi pengalaman dan apa yang kita rasakan, kita sedikitnya bisa saling memahami, dan saya rasa itu sangat penting,”kata aktor Muslim tersebut 

Yang jelas, para anggota NewGround sangat berharap,apa yang mereka alami dan rasakan terutama terkait dengan upaya-upaya membina hubungan antara Muslim dan Yahudi ini tidak hanya bisa dilakukan sebatas di Los Angeles semata. Mereka bermimpi ini bisa dilakukan oleh setiap manusia yang merasa berbeda di dunia.

 

Sumber: VOA

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *