Satu Islam Untuk Semua

Monday, 13 July 2015

FILM – Mencari Hilal


“Saya yakin Islam itu adalah agama yang penuh cinta. Dalam situasi seperti ini, apakah Islam punya jawaban yang tidak melukai siapapun?” Itulah sepenggal percakapan dalam trailer film “Mencari Hilal” besutan sutradara muda Ismail Basbeth.

Berlatar situasi keberagaman  beragama di Indonesia, film ini berkisah tentang pertentangan dua kubu pemikiran Islam, konservatif atau kaffah vs kosmopolitan atau cenderung modern. Dua kubu ini diwakili oleh Mahmud sang ayah dan Heli, putranya. Mahmud (Deddy Sutomo) yang lulusan pesantren benar-benar ingin menegakkan Islam “secara utuh dan murni”. Hal ini mendorongnya melakukan perjalanan untuk melakukan pencarian hilal (awal bulan dalam kalender Islam) setelah melihat banyaknya intrik yang menunggangi urusan keagamaan pemerintah. Mahmud pun ditemani putranya, Heli (Oka Antara), aktifis lingkungan hidup kelas internasional.

Tapi perbedaan pandang Heli dan Mahmud lantas tak terelakkan. Heli tidak mewarisi semangat konservatif ayahnya dalam menjalankan agama, layaknya anak muda yang terbuka. Lantas perjalanan mereka diwarnai serangkaian perselisihan. Berbagai peristiwa dan situasi terkini masyarakat Indonesia, seperti intoleransi, juga ditemui mereka. Lewat dialog, perjalanan, dan kesaksian ayah-anak ini, film “Mencari Hilal” ingin membawa para penonton untuk menyadari perbedaan pandangan dapat diselesaikan dengan saling memahami.

Disokong Gerakan Islam Cinta dan Indonesia Tanpa Diskriminasi, “Mencari Hilal” diharapkan jadi pemantik bagi masyarakat untuk sama-sama melawan pemikiran radikal, ekstrem, dan intoleran,  kata penggagas Gerakan Islam Cinta, Haidar Bagir.

“Sering perbedaan pandang menimbulkan konflik hanya karena kurangnya komunikasi. Kalaupun pada akhirnya perbedaan itu tak bisa dihilangkan dengan silaturahim, perbedaan itu bisa diterima sebagai sesuatu yang alami,” tambah Direktur Utama Mizan itu ketika menjelaskan pesan utama film pada Islam Indonesia.

Digarap oleh sineas muda seperti Ismail Basbeth dan Hanung Bramantyo, film ini tidak sepenuhnya bernuansa religi dan drama. Sentuhan artistik membuat “Mencari Hilal” dapat menghanyutkan penontonnya tanpa perlu musik yang mendayu-dayu ataupun menyinetron, seperti dijanjikan Haidar Bagir. Selain itu, latarnya adalah situasi dan kondisi aktual di Indonesia saat ini, di mana keberagaman begitu sensitif, dan radikalisme atas nama agama cukup marak.

Pada film yang bakal  diputar jelang lebaran 15 Juli kelak, Haidar berharap pesan utama film dapat diterima dengan baik oleh sebanyak-banyaknya masyarakat, yang sedang diliputi kesenangan dan lapang dada.

Tak seperti kebanyakan film populer, film kedua kampanye Gerakan Islam Cinta ini tak dihiasi aktris-aktris cantik, lagu-lagu populer, atau kisah cinta, melainkan disajikan dengan sederhana dan realistis, tetap berfokus pada pesan perdamaiannya.

“Saya jamin jika sudah duduk di bioskop, penonton akan hanyut dari awal sampai akhir,” tambah Haidar.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pun mendukung pemutaran film ini karena dinilainya cukup menggugah. “Realitas keberadaan kita adalah beragam. Film ini mengajarkan kita bagaimana menyikapi perbedaan faham-faham dengan penuh kearifan,” katanya seperti dilansir inspirasi.co.

Sutradara film, Ismail, mengatakan Indonesia adalah negara majemuk dan Muslim terbesar di dunia. “Dalam film ini Anda bisa melihat berbagai cara dalam menjalankan Islam,” katanya seperti dilansir Kompas.

Muhammad/Islam Indonesia. Foto: @MencariHilal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *