Satu Islam Untuk Semua

Monday, 19 May 2014

Fenomena Superhero Muslim


foto:comicbookreligion.com

Pahlawan super Muslim semakin banyak mendapat tempat di buku komik dan layar televisi Tinggal menunggu waktunya saja untuk difilmkan.

 

SUPERHERO beragama Islam? Tidak salah. Jika anda penggemar dan pembaca setia komik, khususnya dari semesta DC Comics dan Marvel, tentu tidak terlalu heran. Misalnya, di DC Comics ada Archer of Arabia, Iron Butterfly alias Kahina Eskan dari dari Palestina, di sini. Sebagai tambahan, ada juga Semesta dan C–Cascade alias Sujatmi Sunowaparti, yang dapat berubah jadi air.

Dalam Semesta Marvel, ada Dust alias Sooraya Qadir asal Afghanistan yang diselamatkan oleh Wolverine dan Fantomex dan hadir di komik seri X-Men tahun 2002, Josiah al Hajj Saddiq yang dikenal dengan Captain America hitam, Excalibur alias dokter Faiza Hussain yang berjilbab, Abdul al-Rahman asal Azerbaijan, Abdul Qamar (dikenal sebagai Arabian Knight dari Arab Saudi) yang kelak digantikan Navid Hashim,  Jetstream alias Haroun ibn Sallah al-Rashid yang bisa terbang. Selengkapnya lihat di sini.

Namun yang baru-baru ini menjadi bahan pembicaraan adalah versi reboot Ms Marvel yang diumumkan Marvel Comics di penghujung 2013, dan diterbitkan bulan Februari 2014.  Kamala Khan, generasi kedua Pakistan-Amerika asal New Jersey menggantikan Carol Danvers yang sudah punya seri komik atas namanya sendiri. Muaaz Khan dari Guardian (13/11 2013) menulis, Kamala bisa menjadi sosok efektif untuk menjadi teladan bagi muslimah muda, dan mampu menangkis dan meredam  islamophobia (takut terhadap Islam) di  dunia show business dan industri hiburan, sebagaimana Soraaya Qadir yang dibuat sesaat setelah 9/99. Ide ini datang dari diskusi dua penyunting Marvel, Sana Amanat dan Steve Wacker, yang membawa cerita mereka ke G. Willwo Wilson, penulis buku komik yang juga mualaf, dan jadilah Ms Marvel baru.

Selain dari arusutama, ada beberapa penerbitan independen, termasuk orang Islam sendiri yang berinisiatif membuat komik superhero. Barangkali  The 99 adalah yang paling terkenal. Ini adalah nama kelompok pahlawan super dari berbagai negara, termasuk Indonesia, yang masing-masing punya Noor Stone—sebuah harta karun kuna yang punya kekuatan dan kebijaksanaan super yang diciptakan oleh para intelektual Muslim ratusan tahun lalu. Dibutuhkan tiga orang, dengan tiga kekuatan yang berbeda, untuk mendapatkan daya yang dahsyat. Diprakarsai oleh Dr. Ramzi Razem, The 99 bertugas mencegah bencana dan membantu masyarakat. Beberapa tokohnya, Antara lain, Batina The Hidden asal Yaman yang bercadar, Mujiba The Responder dari Kuala Lumpur, Samda the Invulnerable asal Libya yang baru berumur 8 tahun. Yang menarik, ada pahlawan super wanita yang tak berjilbab, seperti  Hadya the Guide asal Pakistan yang tumbuh di London, dan Noora the Light dari UAE. Dari  Indonesia, ada Fattah the Opener alias Toro Ridwan yang masih berusia 14 tahun, yang mampu membuka portal menuju tempat manapun, semacam teleport.   

The 99 adalah karangan Dr. Naif Al-Mutawa, CEO Teshkeel Media Group yang terpilih menjadi “500 Most Powerful Arabs in the World” oleh majalah Arabian Business. Psikolog yang yang lama tinggal di Amerika Serikat itu menciptakan karya fiktif ini setelah Peristiwa Black September yang menggoncangkan jiwanya. Ia lantas tersadarkan bahwa anak-anak di Kuwait dan sekitarnya tak punya panutan yang sesuai selera remaja, seperti Amerika punya Batman dan Superman. Presiden Obama, saat hadir dalam  Presidential Summit on Entrepreneurship di Washington, memuji komik ini karena “menangkap imajinasi kaum muda lewat pesan toleransi”. Di kesempatan lain, Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmed al-Sabah memuji komik ini. Keduanya memuji isi dari komik (yang kemudian diadaptasi menjadi serial televisi) karena kandungan pesan perdamaian dan dialog antarbudaya (Islam Indonesia, 25/3/2014).

Baru-baru ini, menurut AFP yang dikutip Islam Indonesia, Sheikh Abdulaziz al-Sheikh merilis fatwa melarang serial televisi yang tengah diputar di MBC3, stasiun televisi asal Dubai, karena dianggap menghujat 99 Nama Tuhan (Asmaul Husna). “Film kartun The 99 merupakan pekerjaan setan yang harus dikecam dan dilarang demi penghormatan nama Allah,” katanya, seperti dilansir situs berita AFP. 

Hingga kini, penyebaran komik itu tidak hanya di wilayah Kuwait, tapi juga sudah menyebar ke seluruh dunia dan dijual dalam bentuk suvenir, bahkan dibuat juga taman hiburan tersendiri, serta acara serial di televisi dalam bahasa Arab.

Karakter berikutnya adalah Iman, dari The Adventures of Iman, buku cerita anak-anak karya Rima Khoreibi, yang menggunakan iman sebagai sumber kekuatannya. Ia hanya berkerudung jika berdoa. Jika  memegang kalung bertuliskan asma Allah dan mengucapkan basmalah,  maka perisai besar akan muncul melindunginya. Ia menjadi pahlawan super yang membantu teman-temannya untuk menegakkan semangat saling menghormati perbedaan. Ia acap mengucapkan ayat-ayat al-Qur’an dan sering menyatakan bahwa “Islam bermakna damai, bukan perang”. Dalam edisi perdananya, As One, Iman menggunakan kitab suci untuk menjelaskan bahwa rasisme dilarang dalam Islam, sedang edisi kedua, ia menyelamatkan sobatnya dari kecanduan narkoba.

Satu lagi superhero Muslim hadir dalam serial televisi kartun Malaysia, Boboi Boy. Film yang tokoh utamanya anak-anak ini diproduksi oleh Animonsta Studios, tim yang merintis dan membuat Ipin & Upi and GEng: Pengembaran Bermula. Mereka adalah Boboi Boy Ying, Gopal, dan Yaya. Jika  karakter lain tak diketahui identitas agamanya, beda dengan Yaya yang berjilbab rapih tapi bisa terbang dan angkat benda berat.

Terakhir adalah  Qahera (Sang Pemenang, alias Kairo). Di komik ini, kuat sekali semangat melawan misogini (kebencian terhadap perempuan) dan islamophobia. 

Semoga karakter-karakter Muslim ini membawa banyak manfaat bagi Muslim atau non-Muslim, dan tidak sekadar alat dagangan semata. Sehingga kita bisa juga menjadi produsen dan tak cuma jadi konsumen budaya pop, apalagi cuma “menari di irama gendang orang lain”. (hj)

 

*) Ekky Imanjaya adalah dosen tetap School of Media and Communication, BINUS Internasional, Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Salah satu pendiri  sekaligus redaktur rumahfilm.org  itu kini sedang menempuh studi S3 di bidang Kajian Film di University of East Anglia, Norwich, Inggris.

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *