Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 12 February 2014

Emha Ainun Nadjib: Al Qur’an Bukan untuk Umat Islam


www.kompi.org

Jika bukan untuk Umat Islam, Alquran untuk siapa?

 

Al Qur’an itu bukan untuk Umat Islam saja, tapi untuk seluruh umat manusia. Termasuk Yahudi, Kristen, atau agama lainnya yang meyakini adanya Tuhan. Hal itu diungkapkan Emha Ainun Nadjib atau yang akrab dipanggil Cak Nun dalam diskusi yang diadakan Forum Kenduri Cinta di pelataran parkiran Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat seperti diuplod ke youtube oleh akun bernama KC.

Menurutnya, seruan di dalam Al Qur’an tidak diperuntukkan bagi Islam, tapi untuk orang yang beriman dan manusia. Seperti, ya ayyuhalladzina aamanu (Hai orang-orang yang beriman) dan ya ayyuhannas (Hai manusia).

“Di dalam Al Qur’an tidak ada yang berbunyi, wahai orang-orang yang berislam, tapi wahai orang-orang yang beriman.” Kata Cak Nun.

Orang-orang yang beriman ini bukan hanya Islam. Tapi juga semua agama yang meyakini adanyaTuhan. Termasuk beragam jenis kepercayaan lainnya, seperti kejawen, dll. Yang membedakan untuk menuju-Nya (Tuhan) hanya terletak pada cara atau teknisnya.

“Orang Yahudi itu teman seiman kita, orang Kristen itu teman seiman kita. Dan semua yang meyakini Tuhan itu teman seiman kita. Hanya teknisnya saja yang berbeda. Hanya caranya saja yang berbeda.” Katanya.

“Siapapun yang menyandarkan pada Tuhan, itu teman seiman kita. Bahkan kejawen, mereka juga orang yang beriman. Itu hanya cara mereka yang berbeda dalam mencari Tuhan.” lanjutnya.

Jika dalam Islam, masih menurut Cak Nun, penganutnya sebagian mencari sendiri dan sebagiannya lagi Tuhan sendiri yang memberi tahu—dengan melalui tanda-tanda yang diberikannya, dan kita mempercayai itu. Sedangkan non-Muslim, mereka akan mencari jalannya sendiri.

“Jadi kewajiban berpuasa misalnya, itu diperintahkan untuk seluruh manusia. Meskipun agama lain tidak merasa diseru, tapi Tuhan tidak butuh pengakuan itu. Tuhan tidak butuh manusia.”

“Allah Maha Kaya, kenapa manusia memiskinan diri. Allah maha luas, kenapa manusia menyempitkan diri.”

Dalam Al Qur’an sendiri, hanya tiga setengah persen yang membahas tentang hukum Islam. Selebihnya berisi tentang budaya, diskusi, sosial, akhlak, dan lainnya.

Bahkan, Al Qur’an bukan hanya bagi manusia yang berbeda agama saja, tapi juga untuk seluruh alam.

“Al Qur’an itu untuk pohon-pohon, untuk tumbuhan, untuk alam, untuk batu, untuk rahmat bagi semuanya. Al Qur’an untuk berkasih sayang sesama makhluk. Hanya telinga kita saja yang terbatas dan tidak mampu mendengar dzikir dan iman mereka untuk berkasih sayang itu.”

Lebih lanjut, Cak Nun menjelaskan bahwa kalimat “Wahai manusia” yang diseru Tuhan dalam Al Qur’an memiliki dua makna. Pertama, sebagai insan yang melihat dirinya sebagai hamba Tuhan. Dan, kedua sebagai manusia yang melihat dirinya sebagai mandat Tuhan.

Sebagai hamba Tuhan, ia akan melaksanakan perintah Tuhan yang berhubungan dengan keintiman dengan-Nya. Sedangkan sebagai mandat Tuhan, ia akan menjaga keseimbangan alam ini guna menjaga kepercayaan Tuhan yang dibebankan padanya sebagai khalifah fil ardh.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *