Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 24 September 2014

Elie Saab: Dari Beirut Mengguncang Paris


Eli Saab

Katakanlah Anda bakal menikah dan mulai berpikir soal gaun pengantin. Jika ini kasusnya, mungkin ada baiknya Anda berdoa agar jangan sampai mengenal nama Elie Saab. Siapa dia? Kenapa dia sampai perlu ditakuti?

Lahir dari sebuah keluarga Kristen di Lebanon pada 1964, ES – begitu dia kerap disapa – adalah desainer gaun pengantin yang kerap membuat kaum hawa seperti kerasukan. Kelasnya sebagai desainer papan atas dunia terlihat dari daftar pelanggan setianya: Ratu Rania di Yordania, Putri Beatrice di Inggris, Putri Stephanie dari Monaco.

Daftarnya masih panjang, sebenarnya. Desain ES kerap menambah bobot penampilan artis-artis papan atas Hollywood, termasuk Beyoncé, Halle Bery, Angelina Jolie dan Emma Watson.

Di banyak kesempatan, ES kerap menggambarkan dirinya sebagai desainer otodidak yang menyenangi dunia pembuatan pakaian sejak masih sembilan tahun. Rancangan pertamanya dia persembahkan untuk saudara perempuannya dengan menggunakan kain seadanya yang bisa ditemukan di rumah.

Pada tahun 1981, ES pindah ke Paris untuk belajar mode. Hanya setahun di sana, dia memutuskan kembali ke Beirut. Saat menginjak 18 tahun, dia memutuskan menjadi desainer pertama di Lebanon yang punya rumah mode dengan 15 orang pegawai. Pada 1997, dia dapat kehormatan sebagai perancang busana pertama bukan berkebangsaan Itali yang menjadi anggota Italian Camera Nazionale Della Moda, lembaga nirlaba tersohor yang menggawangi Milan Fashion Week.

“Saya yang pertama kali meroket sebagai desainer mode di Timur Tengah,” katanya separuh berbangga.

Tiga tahun kemudian, pada 2000, dia diundang Chambre Syndicale de la Haute Couture untuk berpameran di Paris. Di ajang bergengsi itu, ES memperlihatkan empat koleksi busana dalam setahun (haute couture dan pakaian siap pakai). Enam tahun kemudian, dia menjadi anggota tetap sindikasi mode tersohor itu. Pada 2007, dia membuka butik dengan nama pribadinya di jantung Le Triangle D’or, pusat mode di Paris.

Kendati dengan cepat melesat dan jadi bintang di pusat-pusat mode dunia, bagi ES Beirut dan alam Timur Tengah tetaplah sumber inspirasi utamanya. Desainnya khas dengan karya yang detil dan menonjolkan keanggunan wanita. “Saya suka wanita feminin, wanita yang mengenakan gaun mereka dengan rasa bangga” katanya. “Tapi saya lebih senang jika desain saya bisa digunakan, bukan sekadar untuk ajang peragaan busana.”

Tapi inilah persoalannya. Busana ready to wear rancangan ES harganya selangit dan di luar jangkauan wanita kebanyakan. Beberapa situs mode memajang busananya dengan harga bervariasi antara Rp 30 juta hingga Rp 150 juta. Khusus untuk gaun pengantin, harganya mencapai Rp 100 juta lebih. Harga yang fantastis untuk gaun pengantin yang statusnya ‘used’, bekas pakai pengantin lain. 

(Ami/ berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *