Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 23 August 2014

Ekspresi Marah Yang Kreatif


Big Ben menjadi saksi betapa geramnya rakyat Inggris melihat dunia dan pemerintah yang diam atas agresi militer Israel di atas tanah Palestina. Halaman depan gedung parlemen Inggris pun menjadi panggung aksi para aktivis kemanusiaan Oxfam.

Laki-laki, perempuan, dan anak-anak ini berusaha menunjukan kondisi rakyat Gaza yang terkurung blokade Zionis. Mereka mendesak pemerintah Inggris untuk ikut serta dalam upaya pembebasan Palestina. Oxfam dalam siaran persnya mengatakan, “Di dalam blokade, seluruh rakyat Gaza telah dihukum (dengan tindak kekerasan) atas setiap hal yang tidak mereka lakukan.

Aksi mengurung diri dalam kotak

“Sistem ini (pemerintah Israel) melakukan penyiksaan yang melanggar hukum Internasional.”
Aktivis ini bersama anggota Disasters and Emergency Committee telah memberikan bantuan kemanusiaa setelah serangan terakhir di jalur Gaza yang membunuh lebih dari 1000 orang. Israel membombardir Gaza dengan roket dan serangan udara lainnya sejak sebulan lalu.

Oxfam juga mengatakan bahwa tembok blokede yang sudah berjalan selama tujuh tahun ini harus diangkat, dan dunia harus mengupayakan pembangunan kembali jalur Gaza demi keberlangsungan hidup manusia yang layak.
Nishant Pandey, pemimpin Oxfam dalam komentarnya terhadap pendudukan Israel mengatakan, “Penghukuman terhadap seluruh rakyat Palestina tidak akan membawa perdamaian pada kedua belah pihak.
“Sudah cukup, blokade harus dihentikan.”

Pada dasarnya konflik Israel-Palestina memang isu kemanusiaan. Sejak awal pendudukan, Israel mengusir dan membunuh rakyat Palestina yang telah hidup puluhan generasi di tanah tempat lahrinya tiga agama besar. Pencaplokan tanah dengan kekerasan tidak pernah berhenti sejak 1948. Rakyat Palestina kini menghuni tidak lebih dari 10 persen tanahnya sendiri.

Ada orang-orang yang berusaha menunggangi isu Palestina dengan kepentingan politik bahkan agama. Padahal, isu Palestina tidak sesempit konflik Arab-Yahudi ataupun Islam-Yahudi. Rezim Zionis tidak pandang bulu dalam menghabisi mereka yang menghuni tanah Palestina. Hal ini dikarenakan alasan dan keyakinan mereka dalam melakukan pendudukan berakar pada keyakinan Zionis akan “tanah yang dijanjikan” bagi kaum Yahudi. Maka semua orang baik dari Kristen, Islam, kulit putih, hitam, dan siapapun menjadi ‘berhak’ untuk diusir dari “tanah yang dijanjikan” tersebut.

Aksi mengurung diri dalam kotakFigur seperti Rachel Corie dan Arthur Gish dari Chritian Peacemaker Team berusaha menunjukan hal tersebut. Bahwa penderitaan rakyat Gaza sudah seharusnya mendapat perhatian dari masyarakat dunia tanpa syarat ras dan agama. Itulah mengapa Nelson Mandela, Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatatn pun ikut menyerukan kebebasan Palestina. “Kebebasan kita belum lengkap tanpa kebebasan Palestina” kata Nelson.

Protes di London

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *