Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 08 July 2020

Dokter Farzana Hussain, Pahlawan Virus Corona yang Fotonya Terpampang di Berbagai Billboard di Inggris


islamindonesia.id – Dokter Farzana Hussain, Pahlawan Virus Corona yang Fotonya Terpampang di Berbagai Billboard di Inggris

John Rankin Waddell, atau lebih dikenal dengan sebutan Rankin saja, adalah seorang fotografer ternama yang dikenal karena potret-potretnya untuk grup band the Rolling Stones dan Queen.

Kali ini dia menyajikan karya fotografi dengan pesan yang kuat tentang 12 orang anggota National Health Service (NHS) Inggris yang telah memainkan peran penting dalam mengelola respons terhadap pandemi COVID-19 sebagai tanda penghargaan dan terima kasih, serta sebagai inspirasi bagi generasi yang akan datang.

Satu dari 12 orang itu adalah dokter Farzana Hussain, GP, seorang dokter dengan titel GP (general practitioner, dokter yang merawat penyakit akut dan kronis dan menyediakan perawatan pencegahan dan pendidikan kesehatan kepada pasien-red).

Dokter Farzana Hussain, GP. Hasil foto jepretan Rankin. Foto: Rankin/NHS

Dilansir dari the Daily Star, Farzana adalah seorang warga Inggris keturunan Bangladesh, seorang Muslim. Saat ini dia bekerja di The Project Surgery di Newham, London, dan sebelumnya pernah memenangkan penghargaan Pulse’s General Practitioner of the Year di General Practice Awards 2019 di London.

Dia telah dipuji atas upayanya untuk meningkatkan kualitas, penyederhanaan proses penugasan, dan karyanya untuk dunia farmasi.

Karena terpilih sebagai salah seorang peraih penghargaan dari Rankin, kini foto dokter Farzana Hussain terpampang di berbagai papan pengumuman (billboard) besar di sudut-sudut kota London.

Farzana melihat fotonya sendiri ketika sedang belanja. Foto: Farzana Hussain/Twitter

Mengenai kisah hidupnya, sebagaimana dikutip dari laman resmi NHS, dokter Farzana mengisahkan:

Ketika saya berusia 19 tahun dan dalam tahun pertama saya sebagai mahasiswa kedokteran, ibuku sedang benar-benar tidak sehat dengan sakit jantung pada stadium akhir. Saya melakukan perjalanan 400 km pulang ke kampung halaman untuk mengunjunginya di rumah sakit.

Dia terlihat sangat sakit. Saya tidak yakin apakah saya harus meninggalkannya dan kembali ke kampus kedokteran atau tinggal. Dia berkata, “Kamu harus kembali. Saya ingin kamu menjadi dokter dan membantu orang-orang. Saya akan baik-baik saja.” Dia meninggal lima hari kemudian.

Waktu berlalu hampir dua dekade kemudian, dan saya tidak mampu untuk melukiskannya dengan kata-kata bahwa saya merasa begitu beruntung dapat pergi bekerja setiap hari dan memberikan sesuatu bagi kehidupan orang-orang, seperti yang diinginkan ibu.

Ketika saya merawat pasien saya, saya sadar bahwa mereka adalah seorang anggota keluarga.

Saya membuka praktik di daerah miskin di London. Kami banyak ditanya tentang bagaimana pandemi dan tekanan yang kami hadapi telah mempengaruhi perasaan kami terhadap pengobatan.

Bagi saya, memastikan bahwa tidak ada pasien kami yang diabaikan benar-benar penting dan memotivasi saya untuk terus maju.

Baru-baru ini kami memperkenalkan klinik drive through (singgah tanpa turun dari kendaraan-red) untuk imunisasi anak-anak di tempat praktik karena kami tidak ingin anak-anak melewatkan hal yang begitu penting ini.

Menggunakan teknologi, kami juga sekarang dapat melakukan kegiatan konsultasi untuk semua pasien kami secara daring.

Terdorong karena desakan yang disebabkan oleh coronavirus malah membuat kami mampu melaksanakan rencana dan aspirasi yang telah kami diskusikan selama bertahun-tahun sebelumnya.

Ketika kami membuka klinik imunisasi drive through anak-anak, saya teringat pernah meminta maaf kepada ayah dari bayi yang saya vaksinasi karena di luar udaranya sedang berangin.

Dia mengatakan kepada saya untuk tidak meminta maaf dan mengatakan bahwa kita semua belajar bersama dan melakukan yang terbaik pada masa-masa ini.

Dia benar. Kami belum memiliki semua jawaban (terhadap kondisi pandemi ini) dan berusaha menyusun potongan-potongan (jawaban) itu seiring berjalannya waktu. Dan itu tidak masalah.

Sulit untuk melukiskannya ke dalam kata-kata bahwa betapa merasa beruntungnya saya untuk dapat pergi bekerja setiap hari dan memberikan sesuatu bagi kehidupan orang-orang dan membantu memerangi pandemi global ini.

Sekarang, lebih dari sebelumnya, penting bagi kita untuk melihat kemanusiaan yang membentuk praktik GP, layanan masyarakat, dan rumah sakit.

Setiap anggota staf (NHS) memiliki kisah, ketakutan, dan harapan mereka sendiri untuk masa depan. Saya pikir karya fotografi Rankin telah menghadirkannya dengan sangat baik.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Dokter Farzana Hussain berpose di depan billboard-nya sendiri. Credit: Dominic Lipinski/PA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *