Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 10 June 2015

Di Turki, Erdogan Hidupkan Kejayaan Imperium Turki-Usmani via Istana Putih


“Turki sudah bukan yang dulu lagi. Turki yang baru harus menunjukkan dirinya dengan beragam cara,” kata Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, tak lama setelah pelantikannya menjadi Presiden, September 2014.

Tapi bagaimana? Cata seperti apa? Istana. Ya, pembangunan istana kepresidenan baru yang super megah adalah salah satu cara Erdogan menunjukkan apa yang dia gambarkan sebagai wajah Turki yang baru.

Ak Saray atau Istana Putih namanya. Terletak di sebuah bukit pinggiran Ankara, istana ini ukurannya 300.000 meter persegi alias mengalahkan luas Gedung Putih, Istana Kremlin Rusia, Istana Buckingham Inggris, dan Istana Versailles Prancis.

Istana Putih memiliki 1.150 ruangan, penginapan tambahan, koridor dan atrium mewah dari marmer, kebun raya, ruang satelit dengan sistem komunikasi militer, serta bunker anti senjata nuklir, biologi, dan kimia. Sementara tempat tinggal untuk keluarga presiden dengan kapasitas 250 kamar dan mesjid berkapasitas 4.000 orang masih dalam proses pembangunan. 

Bangunan ini juga dilengkapi teknologi mutakhir anti penyadapan dan pengamanan lainnya.

Nuansa Dinasti Seljuk dengan bumbu  gaya arsitektur modern seakan menyatakan kejayaan Turki di masa lalu akan kembali lagi.

Proyek senilai USD $350 juta atau sekitar Rp 4 triliun itu dibangun sejak 2011. Saat itu Erdogan menjabat Perdana Menteri dan kompleks istana ini digagas untuk jadi ruang kerjanya yang baru, karena Kantor Perdana Menterinya saat itu “dipenuhi kecoa,” katanya. 

Namun seiring kemenangannya di pemilu presiden langsung tahun lalu, Erdogan langsung memutuskan Istana Putih bakal jadi Istana Presiden. Seketika biaya proyek istana super megah ini naik dua kali lipat menjadi sekitar US$ 615 juta atau Rp 8 triliun, seperti dikutip BBC. Untuk perdana menteri saat ini, Ahmet Davutoglu, dia menempati istana kepresidenan yang lama, Istana Chankaya.

Proses pembangunan istana ini banyak menuai protes. Pasalnya, selain bertentangan dengan kondisi ekonomi yang buruk, komplek istana juga berdiri di atas hutan lindung, warisan presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Ataturk. 

Pada Maret 2014, pengadilan sempat memerintah proyek itu dihentikan. Namun Erdogan tak menggubrisnya. “Biar mereka coba menghancurkan istana itu kalau bisa. Mereka memerintahkan proyek dihentikan, tapi mereka tak bisa membatalkannya. Aku akan meresmikannya, lalu pindah ke sana dan menggunakannya,” kata Erdogan seperti dikutip media lokal.

Akhirnya, pada hari raya Republik Turki 29 Oktober 2014, Erdogan meresmikan Istana Putih, istana kepresidenan terbesar di dunia.

sumber: The Guardian

sumber: The Guardian


sumber: The Guardian

sumber: The Guardian


sumber: The Guardian

sumber: The Guardian


sumber: The Guardian

sumber: The Guardian

Muhammad/Islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *