Di Palestina, Rachel Corrie tetap Menggema lepas 12 Tahun Berlalu

Tentara Israel awal pekan ini menahan dua orang pemuda Palestina yang ikut berdemonstrasi memperingati 12 tahun gugurnya aktivis perempuan pro-Palestina, Rachel Corrie.

Laporan media Tepi Barat menggambarkan demonstrasi berlangsung damai, dimana aktivis dan warga Palestina mengenang Corrie dengan menanam pohon zaitun, simbol perlawanan bangsa Palestina pada penjajahan Israel. Mereka juga menempelkan foto Corrie di batang-batang zaitun.

Demonstrasi di desa Qariyut itu kontan mengundang kehadiran sepasukan tentara Israel.

Serdadu Israel menembakkan gas air mata ke tengah kerumunan demonstran. Warga Palestina membalas dengan lemparan batu.

Seperti dilaporkan MiddleEastEye.com, tentara Israel lalu melepas tembakan ke udara dan berusaha menangkapi para pemuda Palestina. Kalangan aktivis dan wanita dari desa berusaha mencegahnya.

Salah satu pemuda yang kena tangkap didapati dalam keadaan pingsan saat berusaha menyelamatkan diri dari kejaran serdadu Israel.

Di Amerika Serikat, keluarga Corrie masih menuntut pertanggungjawaban pemerintah Israel.

Februari lalu, Pengadilan Tinggi Israel menolak upaya mereka mencari keadilan. Menurut pengadilan, kematian Corrie pada 2004 berlatar kecorobohan pribadi.

Kelahiran Washington, Corrie adalah aktivis kemanusiaan yang sejak kecilnya menunjukkan pembelaan pada nestapa Bangsa Palestina. Saat menginjak dewasa, kecintaan itu pula yang membawanya kerap datang ke Palestina.

Saat usianya menginjak 23 tahun, dia menghadiahkan darahnya untuk Palestina. Dia gugur dalam keadaan badan remuk pada 16 Maret 2003 saat berusaha menghalangi buldozer Israel yang hendak menghancurkan rumah warga di Rafah, Jalur Gaza.

Kematian Corrie mengilhami banyak orang dari berbagai belahan dunia untuk menentang penjajahan Israel atas Palestina. Dua belas telah berlalu dan perjuangan Corrie terus menggema.

(Muhammad/Islam Indonesia)