Satu Islam Untuk Semua

Monday, 13 February 2017

Di Makassar, Peace Generation dan Gerakan Islam Cinta Gelar “Peacetival” 2017


islamindonesia.id – Di Makassar, Peace Generation dan Gerakan Islam Cinta Gelar “Peacetival” 2017

 

Festival Perdamaian atau yang dinamakan “Peacetival” 2017 resmi digelar oleh Peace Generation dan Gerakan Islam Cinta (GIC) di Makassar. Acara yang diselenggarakan di Mall Ratu Indah Makassar (12/2) itu diharapkan membawa Kota Angin Mamiri ini menuju Kota Welas Asih atau Compassionate City.

Wali Kota Makassar Ramdhan ‘Danny’ Pomanto yang turut hadir di acara ini mendukung kotanya menjadi Kota Welas Asih. Menurut Danny, nilai-nilai perdamaian dan kasih sayang telah menjadi bagian dari sejarah yang dicetuskan leluhur orang Makassar.

“Tokoh-tokoh perdamaian dunia yang ada di Peacetival seperti Mahatma Gandhi dan Nelson Mandela tidak lepas dari nilai-nilai perdamaian yang diajarkan leluhur orang Makassar yang dibuang ke Afrika Selatan, Syekh Yusuf Al Makassari. Kami kenang jasa-jasanya dengan membuat patung Syekh Yusuf dan Gandhi di Pantai Losari,” kata Danny, seperti dilansir detik.com Senin (13/2/2017).

Selain Danny, sejumlah tokoh turut hadir seperti Prof. Mochtar Pabottingi, founder Peace Generation Eric Lincoln dan Irfan Amalee, sastrawan Aan Mansyur, tokoh lintas agama Yongris, Pendiri Gerakan Islam Cinta (GIC) Haidar Bagir dan founder klub suporter PSM Makassar, The Macz Man, Ocha Alim. Selain pendiri GIC, Haidar Bagir merupakan anggota International Compassionate Action Board dari Indonesia.

Para tokoh ini mendiskusikan fenomena sosial, seperti tren hoax dan perilaku intoleran yang marak saat ini. Menurut Mokhtar Pabottingi, fenomena di media sosial tidak ada lagi otoritas. Karena itu anak SD sudah merasa sama pintarnya dengan seorang guru besar. Orang bodoh sudah tidak merasakan kebodohannya.

“Moralitas dan etika saat ini tidak ada dalam konvergensi empat celaka, yakni: pilkada, politik uang, radikalisme dan media sosial. Negeri ini milik kita bersama, bangsa di mana kita berdiri, kebajikan harus dijunjung bersama,” tutur peneliti senior LIPI ini.

Acara Peacetival 2017 tersebut juga diisi dengan festival keberagaman seperti aksi teatrikal dari komunitas Rumata, paduan suara dari SMP Lazuardi yang menyanyikan lagu perdamaian, serta dongeng dan permainan anak bertema perdamaian.

Walikota Danny menambahkan, nilai-nilai kedamaian di Makassar tergambar dari hasil survei indeks kebahagiaan warga Makassar yang dilakukan Celebes Reseach Center dengan hasil mencapai 75,21 di tahun 2016 dan pertumbuhan ekonomi Makassar sebanyak 8 persen.

Tiga tahun sebelumnya, Kabupaten Banyuwangi dijadikan satu dari 40 Compassionate City alias “Kota Welas Asih” di dunia dan sejajar dengan Seattle di Amerika Serikat, Capetown di Afrika Selatan, dan Leiden di Belanda. Banyuwangi juga sekaligus menjadi Kota Welas Asih pertama di Indonesia.

Sejumlah program di Banyuwangi dinilai merepresentasikan prinsip-prinsip kasih sayang, humanisme, dan kebinekaan. Misalnya, pertemuan rutin lintas agama, gerakan Siswa Asuh Sebaya yang menjalin solidaritas antarsiswa, Gerakan Sedekah Oksigen yang melibatkan semua tokoh agama untuk kampanye lingkungan, ambulans 24 jam untuk melayani warga, serta pemberantasan buta aksara dan anak putus sekolah yang menjunjung tinggi aksesibilitas warga dalam menikmati layanan pendidikan.

Laporan kompas.com menyebutkan, Ketika itu ada 231 negara di seluruh dunia yang sedang menuju proses predikat Welas Asih, termasuk Jakarta, Bandung, dan Bali. Hal tersebut dilihat dari penandatangan Piagam Welas Asih (Charter for Compassion) di Banyuwangi, Selasa (5/8/2014).

Charter for Compassion juga telah ditandatangani oleh lebih dari 100.000 tokoh di dunia, termasuk sejumlah tokoh terkemuka di Indonesia. Compassion Action International digerakkan oleh sejumlah tokoh, di antaranya pakar agama Karen Armstrong dan Presiden Masyarakat Islam Amerika Utara Imam Mohamed Magid.[]

 

YS/ islam indonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *