Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 17 March 2015

Di Libya, Perang Saudara masih Membayang di Horizon


Konflik bersenjata di Libya kian meningkat dan mengarah pada perang saudara yang lebih sengit setelah berbagai upaya dialog antar faksi-faksi yang bertikai gagal meredam ketegangan.

Akhir pekan lalu, sebuah jet tempur dari faksi bersenjata dukungan militer, Fajar Libya, melancarkan serangan terhadap markas kelompok militan yang menginduk ke Islamic States of Iraq and Syria atau ISIS di Sirte, sekitar 450 kilometer di sebelah timur Tripoli, kata satu sumber militer.

“Satu pesawat tempur kami menyerang penjara As-Saba, yang berada di pinggiran selatan Sirte. Korban di pihak mereka tak bisa diperkirakan,” kata sumber dari Batalion Infantri 166 Fajar Libya seperti dilansir Kantor Berita Pemerintah China, Xinhua.

“Gerilyawan menggunakan penjara itu sebagai markas operasi. Mereka bergerak dari sana untuk menyerang pasukan kami. Disepakati dengan Angkatan Udara untuk menyediakan tameng udara buat tentara kami, jadi kami dapat bergerak ke arah posisi mereka dan merebut kembali tempat yang mereka kuasai,” tambah sumber itu.

Sumber menyatakan bentrokan masih berkecamuk sejak Minggu pagi di Daerah Ath-Thahir dan Hrawa, demikian laporan Xinhua.

Bentrokan sengit sehari sebelumnya menewaskan 20 kombatan ISIS dan dua serdadu Fajar Libya, kata satu sumber militer.

Libya menyaksikan peningkatan drastis konflik bersenjata pasca invasi Amerika Serikat dan Eropa pada 2011 yang berujung kejatuhan pemerintahan Muammar Gaddafi.

Di tengah kekacauan yang berlanjut sejak itu, kelompok Islam militan dan petempur dari milisi pro-sekuler saling tikam memperebutkan kota besar dan kecil di seantero Libya selama berbulan-bulan, sehingga menimbulkan kekacauan keamanan di negara Afrika Utara itu.

Sementara itu PBB menaja dialog antar-rakyat Libya pada Selasa (10/3) dan Rabu di Aljiers, Ibu Kota Aljazir, dalam upaya mengakhiri perang saudara empat-tahun di Libya.

Dalam dialog itu, 20 pegiat dan pemimpin politik mensahkan Deklarasi Aljiers yang menegaskan komitmen bersama untuk menghormati proses politik berdasarkan pengalihan kekuasaan politik secara damai dan demokratis.

Peserta dialog juga menyampaikan keprihatinan mereka sehubungan dengan memburuknya situasi keamanan di Libya dan meningkatnya aksi teror.

(MH/Antaranews)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *