Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 22 April 2015

Di Konferensi Asia Afrika, Presiden Joko Widodo Gaungkan Perlawanan Soekarno dan Ahmadinejad


Presiden Jokowi diapit PM Jepang Shinzo Abe dan Presiden Cina Xi Jinping

Presiden Joko Widodo hari ini melancarkan serangan tak terduga pada negara-negara kaya yang dia gambarkan melanggengkan ketidakadilan, kesenjangan dan kekerasan global, menggaungkan kembali semangat perlawanan atas hegemoni Barat seperti yang dicetuskan Soekarno saat membuka Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955.

“Cita-cita bersama mengenai lahirnya sebuah peradaban baru, sebuah tatanan dunia baru berdasarkan keadilan, kesetaraan, dan kemakmuran, masih jauh dari harapan,” kata presiden membacakan teks pidato di hadapan 21 pimpinan negara yang hadir dalam pembukaan  pertemuan tingkat Kepala Negara peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-60 di Jakarta Convenction Center.

Lepas aplus panjang dari peserta konferensi, presiden mengarahkan pedang kritik atas fenomena pengangkangan sumber daya ekonomi dunia dan penggunaan logika kekuatan oleh negara-negara kaya yang dia gambarkan “kasat mata”.

Pemeriksaan Islam Indonesia menunjukkan kritik presiden itu banyak bermiripan dengan isi pidato eks Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, di Majelis Umum PBB pada 2012.

“Negara-negara kaya, yang hanya sekitar 20 persen penduduk dunia, menghabiskan 70 persen sumber daya bumi,” kata Presiden Joko Widodo. “Ratusan orang di belahan bumi sebelah utara menikmati hidup super kaya, sementara 1,2 miliar penduduk dunia di sebelah selatan tidak berdaya dan berpenghasilan kurang dari 2 dolar per hari.”

Dunia, menurut presiden, kian sengsara lantaran sekelompok negara kaya merasa mampu mengubah dunia dengan menggunakan kekuatannya. “Ini semakin kentara ketika PBB tidak berdaya,” katanya menggambarkan aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB sama saja menafikkan keberadaan yang semestinya mengutamakan keadilan bagi semua bangsa.

Meski tak menyebut nama, penggambaran presiden itu menempatkan negra-negara Barat di posisi tertuduh paling atas.

Dalam satu dekade lebih terakhir, misalnya, Barat di bawah komando Amerika Serikat terlibat dalam invasi haram yang menewaskan ratusan ribu orang di Irak, Afghanistan dan, belakangan, Irak. Setali tiga ulang, meski jauh lebih anyar, adalah invasi Arab Saudi, dengan dukungan Amerika dan negara-negara kaya Teluk, atas Yaman, salah satu negara pencetus Konferensi Asia Afrika pada 1955.

Menurut presiden, ketidakadilan itu kian “menyesakkan dada” dengan fakta masih berlangsungnya penjajahan Israel atas bangsa Palestina sejak 1948. “Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina yang hidup dalam ketakutan dan ketidakadilan akibat penjajahan yang berlangsung begitu lama,” katanya meminta seluruh delegasi memperjuangkan Kemerdekaan Palestina.

Dalam konferensi dengan tema besar penguatan kerjasama dan promosi perdamaian dan kesejahteraan antara negara-negara Selatan, presiden juga mendesak perlunya tatanan ekonomi baru yang lepas dari cengkraman lemabga-lembaga donor raksasa.

“Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF dan ADB adalah pandangan yang usang yang perlu dibuang,” kata presiden mendesak negara Asia Afirika aktif memperjuangkan hadirnya arsitektur baru keuangan global yang tak lagi berisi dominasi kelompok negara atas negara-negara lain.

Presiden Joko mengakhiri pidatonya dengan mengungkapkan apa yang dia sebut sebgai “keyakinan masa depan dunia ada di sekitar ekuator”. “Di tangan kita. Bangsa-bangsa Asia-Afrika yang ada di dua benua,” katanya kembali mendapat aplus panjang dari peserta konferensi.

(RR/MH/Islam Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *