Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 15 April 2015

Di Doha, Qatar, Restauran India Sediakan Makan Gratis bagi Pekerja Miskin


Toko India di Qatar yang menyediakan makanan gratis bagi pekerja asing.

Bersaput kemewahan di setiap sudutnya, itulah gambaran selintas Ibu Kota Doha di Qatar. Tapi seperti banyak pusat kemewahan lainnya, pinggiran kota menawarkan pemandangan kontras toko-toko kecil yang berdebu dan sesak.

Salah satu toko yang menancapkan diri di pinggiran “kota terkaya di planet” itu adalah restoran Zaiqa milik dua kakak-beradik asal India. Dengan 16 kursi dan meja makan berlapis taplak warna mencolok, rumah makan itu menyediakan makanan khas India, 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Kisaran harga menu di sana tiga sampai 10 riyal Qatar, sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 30 ribu.

Namun, sangat kontras dengan gambaran serba-kecukupan negara kaya minyak, rumah makan Zaiqa memasang tulisan di depan kios: “Jika kau lapar dan tidak punya uang, makanlah dengan gratis di sini!”

Pengumuman itu dipasang hampir sebulan lalu. Pemicunya keprihatinan pemilik restauran pada kalangan pekerja asing yang kerap kelaparan. Daerah pinggiran kota ini dihuni oleh kebanyakan pekerja konstruksi dan buruh-buruh bergaji kecil.

Ada sekitar 700 ribu sampai satu juta buruh imigran dari total populasi 2,3 juta di negara tersebut. Banyak dari mereka yang berasal dari India, Bangladesh, dan Nepal.

Gambaran lebih besarnya seperti ini: banyak perusahaan di Qatar sering mengabaikan gaji buruh, tergambar dengan pembayaran yang terlambat, bahkan sebagian tidak dibayar sama sekali. Hal ini mendapat protes dari kelompok kanan di Qatar, yang terus menekan pemerintahnya melakukan reformasi gaji. Pemerintah berjanji menekan perusahaan agar membayar upah lewat transfer bank secara langsung per tahun ini.

Kabarnya ada penjaga supermarket yang sampai terpaksa tidur di tokonya, karena biaya hidup yang mahal. “Banyak pekerja dibayar 800 sampai 1000 riyal, tapi mereka harus mengirimnya ke kampung halaman, biaya disini sangat mahal, maka banyak orang butuh makanan gratis,” kata karyawan rumah makan Zaiqa.

Namun, mereka yang datang untuk makanan gratis hanya dua-tiga orang sehari. Banyak dari mereka, meski kesusahan, masih tidak ingin mengambil sesuatu cuma-cuma. Bahkan jika hanya dapat membeli roti, mereka memilih untuk bayar. Hal ini disebut “menghargai diri” oleh Shadab Khan, salah satu pemilik Zaiqa. Misalnya, ketika diliput AFP, ada dua buruh yang tidak jadi makan, karena santapan gratisnya akan dipublikasikan.

Shadab akhirnya berencana menaruh kulkas di luar, yang berisi kurma dan makanan, agar mereka yang ingin, bisa mengambilnya tanpa masuk ke dalam.

(Muhammad/Dawn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *