Di Arab Saudi, Suksesi Putra Mahkota Picu Ketegangan Keluarga Raja

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz, mencopot gelar putra mahkota saudaranya, Pangeran Muqrin bin Abdulaziz. Posisi itu kini diiisi keponakan raja, Pangeran Muhammad bin Nayef. Sedangkan posisi baru Wakil Putra Mahkota ada pada anak raja yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Pangeran Muhammad bin Salman.

Ini kali pertama cucu pendiri kerajaan dilibatkan dalam tampuk kekuasaan, setelah selama ini—sejak 1953—gelar raja diwariskan dari kakak ke adik oleh anak-anak Abdulaziz As-Saud.

Dilaporkan oleh Aljazeera, regenerasi ini atas permintaan pengunduran diri Pangeran Muqrin sendiri.

Pada Rabu, anggota kerajaan Saud, termasuk Pangeran Muqrin, memberi sumpah setia pada putra mahkota, dan wakil putra mahkota yang baru.

Sementara itu, protes datang dari kakak Raja Salman, Pangeran Talal bin Abdulaziz. Lewat akun twitternya ia mengatakan langkah baru Raja Salman bertentangan dengan prinsip dan syariat kerajaan. Ia meminta diadakan rapat umum untuk membahas pemindahan kekuasaan bersama anak-anak dan cucu-cucu Abdulaziz, pendiri kerajaan.

“Seperti kukatakan sebelumnya, tidak ada kepatuhan, tidak ada kesetiaan bagi mereka yang melanggar ketuntuan,” katanya.

Selain mengganti putra mahkota, Raja Salman juga mengganti menteri luar negerinya, Saud bin Faisal bin Abdulaziz yang telah menjabat selama 40 tahun, dengan Duta Besar Saudi di Amerika Serikat, Adel Al-Jubeir, yang bukan dari garis keturunan raja.

Muhammad bin Nayef sendiri kini menjabat sebagai menteri dalam negeri yang terkenal dengan sikap kerasnya terhadap ‘ancaman kerajaan’. Menurut laporan Aljazeera, jejak hak asasi manusianya tidak cukup baik, dengan tingginya jumlah aktifis sosial yang dipenjara dan dicambuk atas perintahnya.

Muhammad bin Salman adalah menteri pertahanan anyar Saudi yang terkenal dengan langkahnya menginvasi Yaman. Usianya 30 tahun.

(Muhammad/Islam Indonesia)