Di Amman, Mengintip Geliat Ramadhan Bersama Anhar Al-Turk

Mereka yang telah berkeluarga bakal merasakan nuansa saat menjalani ibadah puasa Ramadhan. Terutama bagi perempuan yang notabene hidup di dalam ruang lingkup kultur Arab. Para isteri atau ibu memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan hidangan sahur dan berbuka puasa bagi keluarga. Begitu pun yang dialami oleh Anhar al-Turk (27).
Perempuan cantik asal Amman, Yordania, ini harus membagi antara waktu ibadah, studi, dan memasak dengan cermat. Ia harus menyiapkan diri lahir dan bathin dalam menjalani puasa agar bisa menjalankan seluruh pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
“Hal terberat bagi saya adalah karena sebelumnya ada ibu yang menyiapkan makanan untuk berbuka puasa. Tapi, sekarang saya harus menyiapkan itu sendiri di sela-sela penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir,” ungkap perempuan yang sedang menempuh pendidikan S2 pada jurusan Biologi di Universitas Hashemite.
Namun, rutinitas baru ini tidak menjadi beban bagi Anhar karena ia meyakini “pahala besar” untuk menyiapkan hidangan orang yang berpuasa, terutama dalam keluarga sendiri.
“Saya merasa memasak sudah menjadi bagian hidup saya, di samping belajar dan berkutat di laboratorium. Bersyukur, para perempuan di Yordania sudah diajarkan memasak sejak remaja, sehingga mereka tidak kesulitan memasak kala berumah tangga,” ujar perempuan pecinta ilmu saintifik ini.
Sama halnya dengan Indonesia, Muslim di Yordania memiliki kultur untuk melakukan ifthar (buka puasa) dengan sanak-keluarga. Meskipun mereka memilih berbuka puasa dengan keluarga dekat, tapi Muslim di Yordan bersedia duduk satu meja dengan orang yang tak dikenal demi menjalin silaturahim.
Di Yordania, puasa dimulai 3:48 (waktu Fajar) hingga 19: 46 (waktu Maghrib).
“Setiap Ramadhan, saya dan suami memiliki waktu khusus bersama keluarga untuk berbuka puasa . Setelah itu, kami akan pergi ke Mesjid untuk shalat Tarawih. Setelah itu, kami akan berkumpul kembali bersama keluarga kembali untuk melaksanakan sahur dan shalat Subuh berjama’ah, serta membaca al-Qur’an. Di sela-sela waktu itu, kami juga memiliki acara iftar dengan teman-teman,” tutur Anhar.
Kala Ramadhan tiba, Muslim di Yordania menyambut dengan mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa di berbagai sudut kota, pertokoan dan jalan. Selain itu, terdapat gemerlap lampu warna-warni tanda kebahagiaan dalam menyambut bulan suci ini.
Dalam sebuah perbincangan dengan reporter Islam Indonesia pekan lalu, Anhar bercerita kalau Muslim Yordan memiliki ritual setiap bulan suci ini untuk menyantuni fakir miskin dan anak-yatim, terutama mengajak mereka untuk berbuka bersama.
“Kami terbiasa untuk menolong orang-orang miskin dan anak-anak Yatim saat Ramadhan. Terkadang saat buka puasa tiba, kita akan menghadapi jalanan yang macet saat orang membagikan makanan untuk orang-orang miskin, bahkan sekadar minuman yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Hal itu sangat membahagiakan kami,” katanya.
Terdapat makanan khas Yordania yang dihidangkan saat berbuka puasa puasa dan sahur.
“Kami memiliki makanan favorit saat berbuka yang disebut qatayef. Kulitnya dibuat dari adonan tepung terigu yang beraroma kayu manis. Di dalamnya terdapat kacang kenari dan madu,” katanya di akhir pembicaraan.
Foto: Anhar al-Turk
Zainab/ Islam Indonesia
Leave a Reply