Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 09 October 2014

Cuaca Ekstrim, Suhu Jakarta Tembus 38 Celcius


Pengukur suhu digital Jakarta.

Suhu udara di bilangan Pancoran, Jakarta, per siang ini mencapai 38 derajat Celcius, mendorong 12 juta penduduk megapolitan belajar beradaptasi dengan cuaca ekstrim.

Marka 38 derajat itu terpampang di sebuah pengukur suhu digital yang melekat di sebuah papan reklame raksasa perusahaan minuman ringan.

Angka itu tiga derajat lebih panas ketimbang 35 derajat suhu maksimum Jakarta dalam 10 tahun terakhir, kata Kepala Sub Bidang Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kukuh Ribudianto dalam wawancara dengan Islam Indonesia pekan lalu.

Penyebab suhu hampir ekstrim ini, masih menurut BMKG, adalah intensitas tinggi radiasi matahari dan siklon tropis di langit Indonesia. Siklon tropis adalah daya hisap angin di daerah tropis yang membuat udara mengalir ke arah selatan. Akibatnya, awan raib dan sinar  matahari langsung mencapai permukaan bumi tanpa ada penghalang. Selain itu, Indonesia dikepit oleh dua samudera dan dua benua. Maka saat suhu di Benua Asia melenting sampai 40 derajat lumrah saja jika suhu di Indonesia, khususnya Jakarta, ikut melonjak.

Tingginya polusi udara akibat asap knalpot merupakan beberapa faktor non alamiah lain yang membuat suhu Jakarta bak neraka. Asap knalpot sendiri sudah jadi momok harian Jakarta. Jumlah kendaraan bermotor di jantung Indonesia ini naik 9,8 persen per tahun. Awal Januari lalu, Polda Metro Jaya mencatat ada 16 juta lebih kendaran yang menyemut siang hari di jalan-jalan ibukota.

Sementara itu, NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)  yang menjadi indikator lahan hijau di Jakarta ikut merosot drastis per tahun.

Dari semua ini, faktor paling yang dominan adalah gas rumah kaca. Menurut World Meteorological Organization (WMO), gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana dan dinitrogen oksida menyumbang  34 persen porsi pemanasan global dalam 10 tahun terakhir.

Rata-rata, suhu udara di Jakarta mengalami kecepatan kenaikan 0,05 derajat Celcius setiap tahun. Dibanding suhu  di pinggiran kota seperti Cengkareng atau Pondok Betung, suhu di pusat Jakarta lebih tinggi sekitar 1 derajat. Ini karena pembangunan terkonsentrasi di Jakarta dan membuat lingkungannya banyak berubah. Wilayah yang padat bangunan dan minim vegetasi hijau tentu saja akan terasa lebih panas.

Peningkatan suhu ini ternyata melanda kota-kota lain juga. Pekan lalu, suhu Semarang ikut melonjak 37 derajat Celcius. Suhu Jatiwangi, Bandung Utara, Bima dan Surabaya timur mencapai 36 derajat. Di Makasar dan Sumbawa Besar suhu naik 35 derajat Celsius.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta pada 24 September lalu mengatakan ketinggian air di Bendung Katulampa pukul 12.00 WIB hanya tinggal 10 cm. Bahkan ketinggiannya merosot 0 cm pada pukul 06.00 WIB. Bendung Katulampa di Kelurahan Katulampa, Bogor dibangun pada tahun 1911 sebagai peringatan dini debit air yang sedang mengalir turun ke Jakarta. Katulumpa juga menjadi sarana irigasi bagi lahan pertanian seluas 5.000 hektare yang terhampar di sisi kanan dan kiri bendungan.

Masih menurut BMKG, para petani adalah kelompok yang paling merasakan dampak perubahan cuaca ekstrim ini. Di beberapa puskesmas juga terlihat pasien yang harus mendapat infus karena dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh. Lansia, anak-anak dan wanita termasuk mereka yang mudah dilanda dehidrasi.

Tentu saja ada langkah yang bisa ditempuh untuk mendinginkan kota. Antara lain dengan memperbesar ruang terbuka hijau (RTH), menggunakan bahan material bangunan ramah lingkungan dan mengefesiensikan konsumsi energi. Jika langkah penanggulangan diabaikan, suhu Jakarta akan lebih panas dari sekarang dan sungguhan seperti neraka.

(Anisa/A/A/Islam Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *