Satu Islam Untuk Semua

Monday, 04 June 2012

Cinta Muhammad kepada Muhammad


Oleh: Annis Diniati R.

 “Muhammad Saw. adalah sosok yang akan membuat siapapun jatuh cinta, kapanpun,” demikian sepenggal ungkapan Muhammad Fethullah Gulen dalam tayangan video pada peluncuran buku “Cahaya Abadi Muhammad Saw Kebanggaan Umat Manusia”, karyanya. 

“Jika hari ini ada yang membencinya itu bukan salah Muhammad. Itu salah kita, umat yang mengaku mencintainya. Kita belum bersikap seperti beliau sampai orang yang melihat kita akan berkata ‘Benar, pantaslah Muhammad dicintai karena umatnya pun sangat layak dicintai segala tingkah lakunya’,” lanjut Gulen, berurai air mata.

Benar-benar acara peluncuran buku yang istimewa.

Bertempat di ruang Cenderawasih, Jakarta Convention Center, acara kerja sama Fethullah Gulen Chair dan Republika Penerbit pada Selasa malam tanggal 29 Mei 2012 ini diantarkan oleh empat bahasa; bahasa Indonesia, Inggris, Turki, dan Arab. 

Ini karena beberapa pembahas buku didatangkan khusus dari Turki, Yaman, Maroko, dan Aljazair. 

Cahaya Abadi mempunyai judul bahasa Arab, An-Nur Al-Khalid Muhammad Mafkhirat Al-Insaniyah. 

Judul buku ini sendiri tepat menggambarkan isi di mana dari awal hingga akhir buku, penulis menyajikan kisah rasul sebagai makhluk Allah yang diberi kekuatan untuk memberi kehidupan bagi manusia, kapanpun. 

Gulen sendiri menulis buku ini dalam bahasa Turki, sementara penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia dilakukan Fuad Saefuddin, dari buku terjemahan bahasa Arab. 

Pengagum Rasulullah

Buku setebal 1.212 halaman yang telah ditulis ulang dalam 30 bahasa lain dan terjual lebih dari 2 juta eksemplar di seluruh dunia ini dibagi dalam lima bagian besar. 

Bagian pertama tentang tujuan diutusnya para nabi dan rasul, serta sifat dan keistimewaan mereka, termasuk posisi Nabi Muhammad. 

Kedua, tentang Muhammad sebagai pendidik. Gulen menceritakan cara Nabi mengajari keluarganya dan umat manusia. 

Ketiga, Muhammad sang pemberi solusi. Sebagai pemimpin, Muhammad mendayagunakan potensi manusia secara tepat. Keselarasan pandangan dan tindakannya, membuatnya menjadi teladan bagi masyarakat segala zaman. 

Keempat, mengungkap Muhammad sebagai panglima angkatan bersenjata. 

Bagian terakhir menuturkan keterjagaan Muhammad, dan semua rasul, dari kesalahan. Bahkan dalam posisi demikian pun frekuensi ibadahnya jauh melampaui manusia lain. 

Secara umum, buku ini mengisahkan perjalanan Nabi Muhammad sekaligus sisi filosofis perjalanan itu sendiri, serta mengungkap segala kebijakan dan arahan beliau. 

Yang paling istimewa dari buku ini adalah cara pengarangnya menuturkan kisah sehingga kita seolah sedang hidup bersama Muhammad dengan turut membantu umat memecahkan masalah yang dihadapinya kini. 

Hojaefendi, julukan sang penulis buku, dikenal sangat sederhana dan sangat mengagumi Rasulullah sebagaimana ayah dan kakeknya. 

“Zaman boleh menua dan lapuk. Berbagai paham dan  ideologi boleh membusuk dan remuk. Tapi keluhuran Rasulullah Saww akan selalu merekah di dalam hati kita bagaikan  sekuntum mawar yang takkan pernah kuncup untuk terus menebarkan aroma semerbak dalam hati sepanjang masa.” 

Itulah satu kalimat dari pendahuluan buku yang menunjukkan cinta Gulen kepada Muhammad SAW. 

Gulen dikenal karena gerakannya, Hizmet (khidmat) Movement, yang mengusung toleransi dan saling menghormati. Gerakan ini telah mendunia. 

Dibimbing Allah

Bedah buku yang dimoderatori pimpinan Fethullah Gulen Chair Indonesia, Prof. Dr. Ali Unsal ini menghadirkan tujuh pembahas. 

Pertama, Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif yang menyoroti fakta bahwa Gulen selalu bicara tentang keadilan sosial, bukan syariah. 

Pembicara kedua, Prof. Dr. Fouad Al-Banna dari Taez University, Yaman, membahas bagaimana membuka hati dan menggali pemahaman agama melalui sumbernya, Alquran, sembari mengutipkan salah satu ayat, “Masuklah ke dalam Islam secara Kaffah”. 

Pembicara ketiga, Prof . Dr. Said Aqil Siroj, mengungkapkan bukti bahwa Nabi Muhammad dibimbing langsung oleh Allah, dari sisi sosiologis dan sejarah. 

Kapasitas beliau sebagai ahli sirah ditunjukkannya dengan menyebutkan nama lengkap Nabi, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib ….s.d… bin Ismail bin Ibrahim ….s.d…. bin Nuh … s.d. … bin Adam! 

Pembicara keempat, Prof. Dr. Mohammad Babaammi dari Almanahej Institute, Aljazair, menyoroti kemuliaan hati yang disebutnya sebagai intisari dari buku-buku Gulen.  Dia berbicara tentang “mendidik hati”, “Apakah perlakuan kita sama dengan yang dilakukan Rasulullah kepada kita? Apakah kita punya hati yang mampu menyatu dengan cinta Muhammad?” 

Pembicara kelima, Dr. Hidayat Nur Wahid, menekankan fakta betapa rasulullah mencintai umatnya hingga menjelang akhir hayatnya pun dari mulut Rasulullah terucap kata “Umatku….umatku….umatku.” 

Rahmat semesta

Sementara pembicara keenam, Prof. Dr. Mohammad Jakeeb dari Souayb Dokali University, Maroko, mengungkap dua keutamaan buku ini, yaitu bahwa Rasulullah adalah pribadi amat mulia dan bahwa penulis buku yang begitu mencintai Rasulullah dan para sahabat melihat banyak sekali yang bisa dipelajari umat dari Rasulullah. 

Gulen dinilainya berusaha mencontoh akhlak Rasulullah sebanyak yang dia mampu dan secara detil menuliskan bagaimana kehidupan rohani Rasulullah. 

Terakhir, Nevsat Savas, Chief Editor majalah Hira, Turki, memulai dengan mengungkapkan salutnya kepada kehidupan penulis berakhlak sangat baik yang selalu mengajak umat Islam untuk senantiasa mengikuti Sunah rasul itu.  Gulen membarengi ajakan moralnya dengan langkah-langkah konkret. 

Savas menyimpulkan tiga isi buku ini, yaitu pertama, Rasulullah adalah orang mulia, rahmat bagi alam semesta yang sangat tidak mungkin menjadi teroris. 

Kedua, anjuran kepada kaum muslim untuk membantu pemerintah dimanapun berada. 

Ketiga, pendidikan kemanusiaan penting untuk semua manusia. Muslim yang baik akan mendapat hikmah baik dari setiap kisah Rasulullah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *