Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 12 February 2014

Bumi Satu Tuhan dan Pertikaian


foto: theguardian.com

“Yerusalem adalah milik kami seperti juga milik kalian..” (Sultan Saladin) 

 

Bulan Mei 2005, Kingdom of Heaven dirilis hampir di seluruh bioskop besar di Indonesia. Film yang disutradarai oleh Ridley Scott itu mengisahkan tentang salah satu episode dalam Perang Salib  (1096-1291). Itu adalah sebuah perang panjang sarat muatan politik dan ekonomi yang melibatkan 2 kekuatan: Islam Arab melawan Kristen Barat. Yang menarik, perang itu terfokus pada satu kota: Yerusalem. 

Sejatinya, Yerusalem adalah kota yang sangat tua. Menurut para ahli sejarah, hingga kini usia Yerusalem diperkirakan melampau angka 50.000 tahun. Sejak “ditemukan” oleh Canaaties pada 2000 SM, tanah ini menjadi rebutan berbagai bangsa. Mulai bangsa Babylonia hingga bangsa Romawi, mulai bangsa Arab hingga bangsa Israel. 

Tahun 636 M, Kekhalifahan Islam dibawah Umar ibn Khattab merebut Yerusalem dari tangan Kekaisaran Romawi.Sejarah mencatat,saat akan menerima penyerahan kunci kota tua itu dari tangan Uskup Agung Sophronius, Umar datang dari Madinah dalam penampilan yang sangat bersahaja. 

The Historians of the World jilid VIII melukiskan kebersahajaan Umar tersebut: “…Penakluk Persia dan Syiria itu datang ke Yerusalem hanya bersama seorang hamba sahaya, dengan menunggang seekor unta merah, membawa sekarung gandum, sekantung kurma, sebuah kantung terbuat dari kulit binatang, serta selembar tikar untuk shalat.” 

Pemandangan itu jelas membuat orang Kristen dan Yahudi Yerusalem menaruh rasa hormat dan kagum. Mengapa? Karena sebelumnya, mereka tak pernah melihat seorang penguasa besar berpenampilan laiknya rakyat kebanyakan. Tak juga Kisra Persia dan Kaisar Romawi. 

Rasa takjub kian bertambah begitu upacara penyambutan dilaksanakan. Syahdan, saat disambut di perbatasan, Umar menyaksikan para panglimanya menunggang kuda mewah dengan pakaian lengkap terbuat dari ragam sutera yang indah-indah. Demi melihat pemandangan tersebut, Umar tiba-tiba turun dari atas unta merahnya. Diambilnya beberapa genggam pasir, lantas dengan marah, ia melemparkannya ke arah para panglimanya. Dengan cara itu, Umar ingin mengkritik perubahan gaya hidup mereka yang dinilainya telah melupakan nilai-nilai kesederhanaan yang diajarkan Rasulullah. 

Sejak jatuh ke tangan Israel pada 1967, Yerusalem seolah berkawan akrab dengan darah dan pertikaian. Tak jarang bom bunuh diri pejuang Palestina dan bombardemen tentara Israel meluluh-lantakan sebagian situs sejarah yang ada di sana. Belum lagi puluhan ribu orang yang menjadi korban. 

Soal korban manusia ini, bagi Yerusalem itu seolah menjadi kutukan sejarah. Pada awal pendiriannya, kota itu sudah mengorbankan ribuan nyawa Yahudi yang dibantai oleh bala tentara Raja Nebucadnezar dari Babylonia. Bahkan pada masa Perang Salib 1096, seorang Ksatria Salib bernama Raymond dari Aguiles melukiskan genangan darah dari sekitar 75.000 orang Arab Muslim dan Yahudi, membanjiri sudut-sudut kota. 

“Di dalam kuil dan pelataran Sulaiman saja, genangan darah mencapai lutut dan tali kekang kuda-kuda yang kami kendarai,” ujar Raymond dalam The Fall of Jerusalem karya penulis Dr. E.L. Skip Knox. 

Karena tiap zaman selalu mengalami pergantian kekuasaan, tak aneh jika Yerusalem memiliki ciri khas sisi keanekaragaman budaya dan agama. Itu membuat Karen Armstrong  menyebut tempat tersebut sebagai milik bersama 3 agama besar: Islam, Kristen dan Yahudi. 

“Saya menemukan kenyataan bahwa mustahil untuk mengabaikan ketiga keluarga Abrahamik itu di Yerusalem.Terlebih mereka adalah penyembah Tuhan yang sama,” tulisnya dalam Menerobos Kegelapan, Sebuah Autobiografi Spiritual. 

Kalimat yang agak mirip juga pernah dilontarkan oleh Sultan Saladin (di dunia Islam lebih dikenal dengan nama Shalahuddin al Ayubi) ratusan tahun yang lalu. Kala melakukan perundangan diplomatis dengan Richard Si Hati Singa, Saladin menolak klaim raja Inggris legendaris itu, bahwa Yerusalem semata-mata milik orang Kristen. 

“Yerusalem adalah milik kami seperti juga milik kalian…”, katanya. 

Memang dalam kenyataannya, kini Yerusalem menjadi milik 3 agama. Dalam satu waktu, di sana Anda akan mendengar lantunan adzan dari masjid bersanding dengan bunyi genta gereja dan alunan kidung-kidung Ibrani dari sinagog. 

Di sana pula terdapat Masjidil Aqso, Masjid Umar, Via Doloresa dan Tembok Ratapan. Dari tempat-tempat itu, nama Tuhan yang Satu dikumandangkan dalam berbagai dialek bahasa. Seolah membentuk sebuah “Kerajaan Sorga” yang bisa jadi menginspirasi Ridley Scott untuk membuat film sejarah tentang kota tua tersebut. 

Sayangnya, hingga kini bayangan Surga hanya sedikit nampak di Yerusalem. Selebihnya yang ada hanyalah neraka pertikaian nan panjang. Dan berkarat. 

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *