Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 01 June 2016

BUKU – “Kenapa Allah Tidak Kelihatan, Ma?”


IslamIndonesia.id – “Kenapa Allah Tidak Kelihatan, Ma?”

 

Alkisah, sebuah kapal layar besar mengarungi lautan dengan seorang nahkoda dan puluhan anak buah kapal. Mereka melalui malam-malamnya dengan pesta hingga menjelang fajar tiba. Seusai pesta selesai, baru mereka tidur terlelap sebelum kembali bekerja mencari ikan di siang hari. Demikian rutinitas hari demi hari yang mereka lalui.

Suatu pagi, sinar matahari menampar wajah salah seorang dari mereka yang tertidur dan akhirnya terbangun. Setelah kesadarannya pulih, tanpa diminta, pertanyaan dari batinnya mucul yang kemudian terucap oleh lisannya.

“Ke mana sebenarnya tujuan kapal ini akan berlabuh?,” tanyanya pada dirinya sendiri.

Pertanyaan yang terlontar spontan itu terdengar oleh temannya di sampingnya. Temannya pun baru menyadari pertanyaan itu dan bingung dengan jawabannya. Pertanyaan itu akhirnya menjalar dari telinga ke telinga hingga ke nahkoda kapal. Semua bingung dan akhirnya kegelisahan demi kegelisahan menghantui seisi kapal.

Cerita pendek di atas menggambarkan bahwa setiap manusia, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan mentalnya sejak lahir, tidak luput dari pertanyaan-pertanyaan ‘kehidupan’ dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Rasa ingin tahu ini merupakan fitrah yang inheren pada diri setiap makhluk yang diberi akal. Hanya saja, perhatian jiwa terkadang tenggelam oleh rutinitas atau kesibukan tertentu hingga pertanyaan itu cenderung ‘terabaikan’.

Terjadilah perbedaan tentang kapan pertanyaan-pertanyaan ‘kehidupan’ itu aktual pada setiap manusia. Kalau pun telah aktual sejak kecil, apakah mampu diungkapkan dengan kata-kata? Jika mampu, apakah ada tekad untuk mencari tahu jawabannya? Dan seterusnya.

Bentuk pertanyaan, khususnya pada tahap anak-anak, tidak lepas dari apa yang mereka dengar, lihat, raba, cicipi termasuk perbincangan tentang Tuhan, kematian, surga dan neraka dalam berbagai kesempatan yang mereka sempat dengarkan. Sebagian orang tua pun bingung ketika anak-anak mereka dengan polos mengajukan pertanyaan seperti,  “Ma, katanya Allah Mahabesar. Kenapa nggak kelihatan?”

Dengan potensi logika pada diri setiap anak, beragam informasi yang mereka terima direnungkan sesuai kapasitas keberpikirannya. Informsi-informasi yang mereka terima itu akhirnya membentur pemahaman sederhana yang telah aktual secara nyata pada diri anak seperti tidak mungkin terjadinya “kontradiksi”. Dan pertanyaan demi pertanyaan pun muncul di benak mereka.

“Katanya Allah satu. Tapi kenapa juga ada di mana-mana?”

“Kematian itu apa? Bagaimana rasanya?”

“Kalau Allah sayang sama kita, kenapa Dia membuat kita sakit?

“Kenapa ada kematian?”

Trainer Metode “Aku Cinta Al-Quran Indonesia”, Sa’diah Lanre Said, akhirnya menulis sebuah buku “Kenapa Allah Tidak Kelihatan, Ma?”. Buku yang diterbitkan Noura Books ini memang disajikan untuk membantu orang tua menjawab pertanyaan anak-anak tanpa indoktrinisasi.

“Buku ini merupakan jawaban yang cerdas tentang cara mengajarkan anak agar mengenal Allah dan berakhlak, tanpa dicekoki doktrin keagamaan yang tak berdasar,” kata Psikolog dan Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, menyambut kehadiran buku setebal 244 halaman ini.

Ditambah pengalaman penulis yang sering roadshow mengisi seminar tentang metode pendidikan Al-Quran untuk anak-anak, buku ini juga menyajikan bentuk dialog tanya jawab yang natural dengan jawaban yang singkat dan padat. Sedemikian sehingga buku ini memadai untuk dijadikan bekal para orangtua.

11478438_B_V3

“Pertanyaan-pertanyaan dari anak saya yang sedang tumbuh selalu membingungkan dan memaksa saya untuk mencari referensi-referensi yang mampu membantu menjawab pertanyaannya dengan bahasa anak-anak pula. Sebagai sahabat dari penulis, saya sering mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan anak saya, dan penulis selalu memberikan pencerahan bagaimana menjawab sesuai logika, dan yang terpenting berdasarkan ajaran agama Islam. Saya senang  sekali akhirnya penulis menerbitkan buku ini, yang saya yakin akan sangat membantu, tidak hanya saya, melainkan juga seluruh orangtua di mana saja demi menumbuhkan generasi kritis yang islami,” kata Lena Hanifah, Dosen Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

 

YS/IslamIndonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *