Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 01 October 2014

Berharap pada Surga yang Bocor


“Kail dan jala cukup menghidupimu/ tiada badai tiada topan kau temui … katanya.
Tapi kata kakekku, ikannya diambil nelayan-nelayan asing.”

Mungkin cuplikan dialog film ‘Tanah Surga … Katanya’ itu pas menggambarkan kondisi laut Indonesia saat ini. Ada begitu banyak kakayaan di dalamnya, tapi hanya sedikit yang bisa kita manfaatkan. Namun bagi Zulfikar Mochtar, aktivis kelautan dan kehidupan di pulau-pulau terpencil, semua itu bukan alasan untuk bermuram durja. Katanya, bahkan setelah digarong berpuluh tahun, laut Indonesia masih menyimpan harta karun tak terhingga.

Bagaimana gambaran kondisi laut di Indonesia?
Kita ini negara kepulauan terbesar di dunia. Kita punya 13.466 pulau. Kita juga punya potensi yang luar biasa besar dari sisi sumber daya, mulai dari perikanan, mineral, minyak, gas, segala macam.Secara fisik, sumber daya, historis, dan secara posisi strategis internasional kita sangat besar. Tapi karena empat dekade ini kita tak pernah serius mengurus laut, akhirnya yang muncul justru tak terhitung persoalan. Misal: 30% kemiskinan di Indonesia ada di pesisir. Lalu soal penyelundupan dari luar imigran, juga senjata dan narkotika, juga terjadi di laut. Setiap tahun kita kecurian ikan tidak kurang dari Rp 100 – 300 triliun. Kapal-kapal asing dari sepuluh negara tetangga datang untuk mencuri ikan di Indonesia, kemudian mereka mengekspornya, seolah-olah mereka lah pemilik sah semua itu. Lalu soal batas negara kita dengan tetangga yang tidak pernah beres, juga aneka persoalan lainnya. Padahal, di sisi lain, banyak hal yang harus kita antisipasi. Misalnya bencana tsunami. Di Indonesia, ini rawan terjadi. Indonesia juga sedang terancam oleh kenaikan air laut akibat perubahan iklim, sehingga diperkirakan 2.000 pulau di Indonesia bakal tenggelam sekitar tahun 2030. Selain itu, pertumbuhan penduduk dunia akan mencapai angka 9 milliar pada 2050, dan semuanya pasti butuh makan, tempat tinggal, sandang dan segala macam. Masalahnya lahan sudah sempit sehingga orang pasti beralih ke laut. Jadi masa depan dunia khususnya di Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar, justru ada di laut.

Kehidupan di pulau-pulau terpencil nampaknya kian jarang dapat sorotan di media. Bagaimana kondisi terakhirnya?

Kalau Anda berkeliling ke pulau-pulau terluar di Indonesia, Anda akan lihat akses infrastruktur dan fasilitas sangat-sangat terbatas. Dan dengan segala keterbatasan itu ujungnya pada kualitas sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan sumber daya manusia di perkotaan, orang-orang pulau sangat tertinggal. Jadi baik disengaja atau tidak, kita sebenarnya meninggalkan mereka. Format pembangunan kita yang terpusat di darat, justru membuat mereka semakin terpuruk. Itulah realitanya. Di sisi lain, ada begitu banyak kebijakan dari pusat negara yang berdampak membunuh terhadap seluruh masyarakat yang hidup di pesisir dan pulau. Ambil contoh sederhana harga bensin di Jakarta Rp 6.500/liter. Di pulau-pulau terpencil, hargannya bisa mencapai Rp 25.000 –70.000/liter. Ironisnya fasilitas dan infrastruktur juga tidak ada. Makanya pemerintah harus mau turun ke pesisir dan harus menjadikan pembangunan laut ini sebagai fokus utama.

Kontras dengan pulau-pulau terluar adalah Bali, destinasi utama wisatawan. Tidakkah ini ironis bila mengingat ada sebagian pulau yang juga menyimpan eksotisme yang tak kalah menarik?
Banyak yang bilang Indonesia itu surga yang bocor. Banyak sekali pulau yang indah dan mempesona. Ada yang punya karang indah, landskap yang menyejukkan mata, banyak … Jadi kalau mau dikembangkan untuk pariwisata, sebenarnya hampir tiap kabupaten atau provinsi punya daerah unggulannya. Nah, yang jadi soal adalah turis mencari akses yang dekat, fasilitas dan infrastruktur lengkap, dan semua itu sampai saat ini melulu ada di Bali.

Anda punya semacam daftar pulau favorit untuk wisata?
Banyak. Ada Anambas dan Natuna, Kepulauan Wakatobi, Togean, Raja Ampat, Taka Bonerate, Derawan, Kapoposang dan ratusan pulau lainnya. Tapi ya itu, lagi-lagi karena belum dikelola dengan baik akibatnya perhatian orang banyak kembali ke Bali. Mungkin trend ini bisa dibalik dengan hadirnya paket wisata yang menarik ke pulau-pulau itu.

Soal pulau-pulau di Indonesia yang diperjualbelikan. Itu bagaimana persisnya?
Secara prinsip, sebenarnya tidak ada pulau di Indonesia yang dijual – apalagi untuk asing. Karena Undang Undang Agraria sudah melarang kepemilikan tanah di Indonesia untuk asing. Jadi tidak perlu takut bahwa asing akan mengambil atau membeli tanah di Indonesia, karena itu sudah dilarang. Isu pulau yang dijual itu tidak benar. Faktanya yang terjadi adalah upaya orang asing untuk menyewa dan memanfaatkan sumber daya di pulau. Nah ketika mereka melakukan upaya penyewaan ini, terkadang proses yang dilakukan seenaknya. Semisal lama penyewaan yang berpuluh-puluh tahun, sehingga seakan-akan menjadi milik pribadi orang asing.

So intinya Anda optimistis bahwa masa depan Indonesia ada di laut?
Ya. Faktanya sangat mendukung. Indonesia adalah pusat keanekaragaman di dunia. Sekitar 18% terumbu karang dunia ada di Indonesia; 25% lebih ekosistem mangrove ada di Indonesia; hampir dua pertiga kampung halaman ikan tuna dunia ada di Indonesia. Ingat, Coral Triangle Initiative (CTI) menyebutkan bahwa Indonesia adalah bagian dari Amazon of the sea karena keanekaragamannya. Indonesia ini sungguh hot spot keanekaragaman laut dunia. Kita harus menjaganya karena dengan potensi yang demikian besar sayang sekali kalau menjadi ironi dan hanya melahirkan orang  miskin dan dijarah asing.

(Ami/Islam Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *