Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 08 February 2018

“Bagi Gus Dur, Kebudayaan Cermin dari Kemanusiaan”


Islamindonesia.id – “Bagi Gus Dur, Kebudayaan Cermin dari Kemanusiaan”

 

Cendekiawan Muslim Mahfud MD mengatakan, salah satu hal yang terus diperjuangkan almarhum KH. Abdurahman ‘Gus Dur’ Wahid, adalah pertemuan antara ajaran Islam dan paham kebangsaan. Menurut Mahfud, hingga saat ini, ajaran Islam terkadang masih dipertentangkan dengan paham kebangsaan. Padahal, dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, ajaran Islam dan paham kebangsaan ternyata justru bisa saling menguatkan.

”Gus Dur menjadi simpul antara paham keislaman dan paham kebangsaan. Oleh karena itu, bagi Gus Dur, agama tidak bisa dipertentangkan dengan negara dan negara tidak bisa dipertentangkan dengan agama,” kata Mahfud dalam Ziarah Budaya Sewindu Haul Gus Dur bertema “Menjadi Gus Dur, Menjadi Indonesia”, Senin (5/2), di Auditorium Universitas Sanata Dharma, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Hal lain yang terus diperjuangkan Gus Dur, kata Mahfud, adalah penerimaan dan penghargaan terhadap keberagaman dan perbedaan yang ada di masyarakat. Bagi Gus Dur, keberagaman yang ada di dalam bangsa Indonesia merupakan fitrah yang tak bisa diubah. ”Pluralisme itu adalah keniscayaan sehingga kita harus menghargai keberagaman itu,” ucapnya.

Yang menarik, tutur Mahfud, saat melakukan perjuangan, Gus Dur tidak pernah memedulikan citra dirinya di mata orang lain. ”Gus Dur tidak pernah mau pencitraan. Jadi, kalau ada orang salah, ya, digasak saja sama beliau meski kemudian dia dilawan dan dimusuhi,” ujarnya.

Sementara Ny Sinta Nuriyah mengatakan, haul Gus Dur memang tak hanya diisi dengan pembacaan doa dan zikir, tetapi juga acara-acara kebudayaan. Hal ini sangat wajar karena sebagian besar hidup Gus Dur diabdikan untuk merawat keberagaman budaya yang ada di Indonesia. ”Bagi Gus Dur, kebudayaan merupakan cermin dasar dari kemanusiaan,” ujarnya.

Sinta menambahkan, Gus Dur berinteraksi dengan berbagai kelompok tanpa dibatasi sekat-sekat tertentu. ”Inilah yang menyebabkan Gus Dur menjadi sangat dibutuhkan, sangat dicintai, dan sangat dirindukan. Kepergian Gus Dur telah meninggalkan kekosongan budaya yang sampai sekarang belum terisi,” tuturnya.

 

 

YS/IslamIndonesia/Sumber: Harian Kompas/ Foto: voaindonesia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *