Satu Islam Untuk Semua

Monday, 27 February 2017

Azyumardi Azra: Jangan Kotori Kesucian Masjid dengan Agitasi Politik dan Paham Radikal


islamindonesia.id – Azyumardi Azra: Jangan Kotori Kesucian Masjid dengan Agitasi Politik dan Paham Radikal

 

Dalam rangkaian perayaan milad ke-39 Istiqlal tahun ini, pengurus masjid bekerja sama dengan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud menggelar diskusi bertajuk ‘Masjid Pusat Peradaban dan Persatuan Bangsa’.

Guru Besar Sejarah dan Peradaban Islam UIN Jakarta Azyumardi Azra yang menjadi salah satu narasumber mengatakan, penggunaan masjid seharusnya tidak berhubungan dengan praktik politik partisan. Dia berpendapat, politik lazimnya bersifat divisif atau cenderung memecah belah.

“Tidak seharusnya dihubungkan dengan politik. Kepentingan politik tak bisa lain membuat orang dan kelompok bersifat partisan, mementingkan kepentingan sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak lain. Di sinilah kemudian terjadi kontestasi kepentingan yang bukan tidak sering berujung pada konflik fisik dan kekerasan yang tidak selaras dengan kesucian masjid,” ujarnya dalam diskusi yang digelar di Masjid Istiqlal, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin (27/2/2017).

Pada kesempatan itu, dia pun menyebut bahwa mimbar masjid sering digunakan untuk penyebaran paham radikal, provokasi, dan agitasi politik dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu merupakan hasil temuan survei tentang masjid oleh Center for The Study of Religion and Culture UIN Jakarta sejak 2010.

“Ditemukan meluasnya penggunaan mimbar masjid untuk kepentingan politik. Pengurus masjid dan jemaah lama kelamaan menjadi permisif pada paham dan praksis kekerasan,” ucapnya.

Dia kemudian memaparkan hasil temuannya. Dia menyebut, 9 persen takmir masjid setuju dengan penggunaan kekerasan. Mereka menyetujui pembentukan Negara Islam Indonesia.

“Setuju kekerasan atas nama amar ma’ruf nahi mungkar. Ya cukup alarming, 31 persen setuju pemberlakuan hukum pidana syariah seperti potong tangan dan rajam,” katanya.

Meski begitu, Azyumardi masih bersyukur karena masjid di Indonesia tidak seperti halnya masjid di negara-negara Timur Tengah yang memiliki tradisi sebagai pusat aktivisme politik. Menurutnya, jika masjid dijadikan pusat aktivisme politik, maka akan memunculkan konsentrasi dan konflik baru di antara jemaah dan umat secara keseluruhan.

“Karena itu, kesucian masjid perlu dijaga. Silakan politik kekuasaan partisan dilakukan di tempat lain. Dengan begitu, masjid tetap menjadi rumah Allah yang sejuk, damai, dan membawa berkah. Di Arab, di India, masjid dijadikan tempat politik partisan, makanya dibom, diserbu,” tuturnya.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *