Azan Berkumandang Kembali Setelah Puluhan Tahun Masjid Aladza Dibom

islamindonesia.id – Azan Berkumandang Kembali Setelah Puluhan Tahun Masjid Aladza Dibom
Ribuan orang menghadiri pembukaan kembali masjid ternama di Bosnia, hampir tiga dekade sejak kehancurannya yang terjadi pada masa perang tahun 1992-1995. Pada saat awal konflik, Masjid Aladza di Foca menjadi target dari bagian rencana pasukan Serbia Bosnia untuk menciptakan pemurnian etnis di negara mereka.

Masjid dari abad ke-16 ini memiliki gaya arsitektur khas Dinasti Ustamaniyah (Ottoman). Proyek pembangunan kembali masjid ini telah memakan waktu beberapa tahun dari sejak tahun 2012, dengan bantuan keuangan dari beberapa negara, termasuk Turki dan Amerika Serikat (AS).
Masjid ini dibangun pada sekitar tahun 1550, posisinya sekarang, masih di tempat yang sama ketika masjid ini dibom. Pada tahun 2018, seorang mantan tentara Serbia Bosnia didakwa atas perannya menanam bahan peledak di masjid ini.
Sebagian reruntuhan dari masjid ini, yang dibuang setelah kehancurannya, kini telah digali kembali untuk dijadikan monumen peringatan.

Sebelum perang, jumlah penduduk Muslim lebih dari setengahnya total populasi penduduk kota yang mencapai 41.000 orang. Namun kini, hanya ada sekitar 1.000 lebih sedikit Muslim dari total 18.000 penduduk yang tinggal di sana, sebagaimana dilansir dari reuteurs.
Bagian timur kota Foca memiliki reputasi yang buruk karena pada masa konflik di sana terjadi penganiayaan massal dan pembunuhan terhadap orang-orang non-Serbia.
“Segala sesuatu yang berhubungan dengan Islam, peradaban atau budayanya dihancurkan,” kata Sulejman Dzamalija, seorang Muslim yang berusia 65 tahun.
Masjid Aladza terletak di sebuah lembah, di dekat Sungai Drina, masjid ini dulunya juga dikenal dengan sebutan Masjid Berwarna, ia adalah salah satu dari 17 masjid Ottoman yang berada di Foca. Lima di antaranya telah dihancurkan pada masa Perang Dunia Dua, sementara sementara 12 sisanya dihancurkan pada masa perang tahun 1990-an.
Selama perang berlangsung, pihak berwenang Serbia Bosnia mengganti nama kota ini menjadi Srbinje, tetapi pengadilan tinggi Bosnia memerintahkan pemulihan nama aslinya, menjadi Foca kembali, pada tahun 2004.
Muhamed Jusic, juru bicara majelis Foca, mengatakan, masjid yang direkonstruksi itu menawarkan harapan untuk terciptanya kembali masa sebelum perang, di mana penduduknya damai. “Sebuah awal baru di Foca,” ujarnya.
Dua puluh empat tahun setelah perang yang menghancurkan di antara Bosniaks Muslim, Serbia Ortodoks, dan orang-orang Katolik Kroasia, negara Bosnia tetap terpecah menurut garis etnis. Hal itu diperburuk dengan munculnya kelompok-kelompok sempalan yang menghalangi terciptanya rekonsiliasi dan reformasi yang diperlukan agar mereka dapat bergabung dengan Uni Eropa.
“Hari ini kami menyaksikan harapan bahwa orang-orang akan kembali menemukan kedamaian di tempat ini,” kata ketua Komunitas Islam Bosnia, Husein Kavazovic, pada saat seremoni pembukaan.

Eric Nelson, Duta Besar AS yang juga turut hadir, berkata, “Aladza harus berfungsi menjadi monumen untuk persatuan, rekonsiliasi, dan keragaman,” ujarnya.
Menteri Kebudayaan Turki Mehmet Nuri Ersoy mengatakan, pembukaan kembali masjid menunjukkan bahwa, “Rasisme dan kebencian dapat merusak materi tetapi tidak dapat menghancurkan budaya koeksistensi yang terpelihara selama berabad-abad”.
PH/IslamIndonesia/Foto Fitur: Daily Sabah
Leave a Reply