Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 26 March 2014

Aset Dunia di Pusat Asia


foto: bahaspedia.pbworks.com

Pada mulanya, Samarkand adalah sebuah kawasan tua di Asia Tengah. Lantas ditaklukan seorang jenderal dari bani Umayyah. Kini dunia menjadikannya situs budaya dan sejarah.

 

TAHUN 2008, Organisasi Kebudayaan dan Pendidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mentasbihkan Samarkand sebagai aset sejarah dunia. Selain dianggap kawasan persimpangan budaya berbagai bangsa, Samarkand juga merupakan kota yang sangat cantik.“Samarkand adalah sebuah kota eksotis dan memikat setiap jiwa,”ujar Presiden Uzbekistan, Islam Karimov, dalam pidato acara peresmian tersebut.

Pernyataan Karimov memang benar apa adanya. Bahkan begitu eksotisnya hingga para produser Hollywood mengangkat tema kota itu sebagai sebuah film. Itu didasarkan pada sebuah novel karya Amin Maalouf berjudul ”Samarkand”. Sayang, kendati banyak mengangkat keakbaran arsitektur kota kuno tersebut, namun dari segi plot cerita banyak ahli sejarah menganggap film agak ngaco.

Nama Samarkand sudah disebut dalam sejarah pada 329 SM. Kala itu, Samarkand yang masih bernama Markanda, merupakan kota taklukan dari Alexander Agung dari Macedonia.Konon karena perlawanan sengit dari para prajurit  Markanda,  kota yang terletak di pusat Asia itu, tanpa ampun diluluhlantakan oleh para serdadu Macedonia.

Tahun 705 M, 54.000 prajurit Arab Islam dari dinasti Umayyah telah melintasi sungai Oxus di wilayah Transoxiana. Di bawah pimpinan Qutaybah ibn Muslim mereka tanpa ampun menaklukan Takaristan dan Bukhara. ”Keberhasilan ekspedisi militer ke Asia Tengah itu merupakan prestasi yang tak tertandingi bagi Umayyah kala itu,”tulis Philip. K. Hitti dalam History of the Arabs.

Namun secara pribadi Qutaybah belum merasa puas kalau belum menaklukan Samarkand. Maka pada 709 M, dikirimlah Abdurrahman—yang merupakan saudara laki-lakinya– untuk menghadap Raja Samarkand yang bernama Tarkhun. Dan tanpa banyak kesulitan, Tarkhun menyatakan takluk  dan bersedia memberi upeti kepada pihak Umayyah.

”Rupanya pamor kehebatan pasukan Arab Islam membuat raja Samarkand tersebut merasa gentar dan terkesan,”tulis Hugh Kennedy dalam The Great Arab Conquest.

Lain dengan sang raja, rakyat Samarkand merasa tak bisa menerima  ”kepengecutan” itu. Hugh Kennedy mencatat ada kekacaun besar akibat penyerahan tersebut hingga menyebabkan terjadinya kudeta terhadap Tarkhun. Seorang lelaki bernama Ghurak  kemudian tampil sebagai raja.

 ”Sebelum melakukan bunuh diri, Tarkhun mengalami depresi berat atas peristiwa kudeta itu,”tulis guru besar Fakultas Kajian Asia dan Afrika Universitas London, Inggris tersebut.

Pasca kematian Tarkhun, Ghurak memutuskan untuk melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Umayyah. Sikap Ghurak itu disambut oleh Qutaybah dengan pengiriman 20.000 pasukan ke Samarkand pada 712 M. Alih-alih bertahan di dalam kota, Ghurak mengirimkan satu pasukan kaveleri untuk mencegat gerak pasukan Qutaybah di perbatasan.Sejarah mencatat, yang terjadi adalah hancur leburnya kekuatan kaveleri terbaik Samarkand itu.

Kekalahan itu ternyata telah mematahkan keberanian para prajurit Samarkand secara keseluruhan. Setelah bertahan sebulan dalam blokade  yang dilakukan pasukan Qutaybah, akhirnya Ghurak menyerah. ”Sejak peristiwa pengepungan itu, orang-orang Samarkand harus memberikan upeti dan membiarkan Qutaybah membangun sebuah mesjid di kota mereka,”ujar Hugh.

Perkembangan selanjutnya kejatuhan Samarkand ke tangan Umayyah menjadikan kota itu mercu suar penyebaran Islam ke Cina, India dan Rusia. Bahkan lebih dari itu,  Rusia pernah dikuasai selama tiga abad oleh Samarkand. Sejarah mencatat penguasa Moskwa  adalah pembayar upeti yang baik bagi raja-raja Samarkand.

Kala kekuasaan Turki Usmani merajalela,  pada 1852, Kekaisaran Rusia menyerbu kota Samarkand dan kota-kota Islam lainnya. Ketika komunis berkuasa di Rusia pada tahun 1342 H/1923 M, Samarkand berada di bawah wilayah Uni Soviet hingga masa keruntuhannya tahun 1412 H/1991 M. Setelah Republik Uzbekistan memerdekakan diri, kota Samarkand masuk ke dalam wilayah Republik Uzbekistan hingga kini.

Pasca kedatangan Islam, Samarkand dikenal sebagai kota pendidikan Islam. Itu dibuktikan dengan banyaknya jumlah sekolah dan perhatian  besar penduduknya terhadap ilmu pengetahuan. Tak heran jika kemudian muncul nama-nama ulama terkenal dari Samarkand. Diantaranya adalah Muhammad Addi As-Samarkandi, Abu Manshur Maturidi, Abul Hasan Maidani, Ahmad ibn Umar, Abu Bakr As-Samarkandi, Muhammad ibn Mas`ud As-Samarkandi (penyusun Tafsir Al-Iyasyi), Alauddin As-Samarkandi, Najibuddin As-Samarkandi, Abul Qasim Al-Laitsi As-Samarkandi dan Qadi Zadah Ar-Rumi. Bumi Samarkand juga tercatat menjadi tempat peristirahatan terakhir Imam Bukhari, penulis buku hadis sahih yang paling autentik.

Bukan hanya sebagai kota pendidikan, Samarkand juga dikenal sebagai lintasan berbagai budaya. Itu dibuktikan dengan banyaknya bangunan kuno yang memiliki gaya arsitektur Persia, Arab, Cina, Rusia, Turki dan Mongol. Sebut saja di antaranya adalah Lapangan Registan dengan tiga bangunan ajaibnya, bangunan Madrasah Shir Dor dan reruntuhan Masjid Bibi Khanym.

Nama Bibi Khanym diambil dari nama istri salah seorang Raja Samarkand bernama Amir Timur.  Bibi Khanym adalah seorang perempuan jelita berkebangsaan Cina. Tersebutlah, suatu hari ia  memerintahkan seorang arsitek untuk membangun sebuah masjid raksasa. Itu dilakukannya sebagai tanda cinta kasihnya kepada sang raja.

Namun pembangunan masjid itu sempat terhenti sejenak. Itu disebabkan sang arsitek jatuh hati kepada sang permaisuri. Ia mengancam tak akan menyelesaikan pembangunan masjid ini sebelum dapat mencium sang permaisuri. Amir Timur yang kemudian mengetahui kejadian itu berang dan memerintahkan pemenggalan kepala arsitek tersebut. Konon sejak saat itulah, Amir Timur menitahkan seluruh perempuan di negerinya untuk  bercadar.

Selain ketiga bangunan itu, ada juga sebuah madrasah kuno lain bernama Ulughbek.Itu diambil dari nama seorang cucu Amir Timur. Di madrasah itu Ulughbek pernah menjadi seorang profesor yang mengajar kuliah matematika

Bisa jadi karena keeksotisan bangunan-bungunan itu menjadikan Samarkand selalu didatangi para turis dan ahli sejarah. Dari Samarkand mereka bisa mengambil pelajaran bahwa kemajemukan justru bisa membentuk sebuah peradaban besar. Sebuah kenyataan yang disadari benar oleh para pejabat UNESCO hingga mereka menjadikan Samarkand hari ini sebagai salah satu aset dunia.

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *