Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 22 January 2014

Arman Kuru, Polisi Sufi dari Jerman


http://www.dw.de/rubrik/s-11546

Arman Kuru, seorang pemuda berusia 24 tahun ini merupakan salah satu anggota kelompok sufi Berlin. Sebuah kelompok sufi yang memiliki tujuan tertinggi agar bisa berada sedekat mungkin dengan Tuhan, dan terbuka bagi semua agama.

Kuru, laki-laki keturunan warga Turki ini menuturkan bahwa agama tidak mempunyai pengaruh besar dalam keluarganya. Meski demikian, berkat dirinya sendiri, ia berhasil menemukan jalan menuju Islam.

Awalnya ia datang ke perkumpulan tersebut karena diajak oleh seorang teman. Waktu itu usianya masih 16 tahun. Ia duduk di dekat orang yang ia kira muslim. Lalu ia pun mengucap “Salam Aleikum“. Orang itu menjawab “´Shalom aleich“. Itulah percakapan pertama, yang ia lakukan di sana, akhirnya ia kemudian tahu bahwa orang yang ia beri salam adalah seorang Yahudi.

“Selanjutnya, ceramah-ceramah yang diadakan di sana- nilai-nilai kebijaksanaan yang bisa saya peroleh, membuat saya sangat tertarik. Saya merasa bisa memperoleh sesuatu di sana“, kata Kuru seperti dikutip dari laman Deutsche Welle.

Karena bergabung dengan kelompok sufi ini, Kuru merasa lebih bisa mengerti dan menempatkan diri dalam situasi yang dihadapi orang lain. Ia juga merasa, bisa lebih tahu apa yang dialami orang di hadapannya. Menurut Kuru, kemampuan semacam ini akan sangat berguna bagi pekerjaannya di masa depan sebagai polisi kriminal.

Alasan menjadi polisi

Sejak lama Kuru ingin mejadi polisi. Menurutnya, dengan profesi polisi, ia dapat menolong sesama dan melakukan pekerjaan yang bisa membuatnya bangga. Selain itu, ia merasa pekerjaan sebagai polisi sangat menantang dan tak membosankan.

Awal pertemuannya dengan kelompok sufi menggiringnya pada kegemaran baru, yakni menjadi penari Darwis—yang sudah ia lakukan sekitar tiga tahun.

Tarian Darwis adalah sebuah tarian yang dianggap sebagai bentuk doa aktif, dimana dalam keadaan suka cita, seseorang bisa begitu dekat dengan Tuhan. Ia pun melakukan tarian tersebut tidak hanya pada satu tempat, tapi juga sampai ke gereja, kuil dan sinagoge—dengan tujuan, selain mendapatkan ketenangan jiwa, juga membuat orang lain–dari agama manapun merasa bahagia.

“Tarian Darwis buat saya punya arti seperti melakukan meditasi, dimana saya bisa lepas dari dunia dan bersama Tuhan di dalam hati. Dan semua yang ada di dunia, di sekeliling saya serta apa yang bisa saya lihat jadi luntur”, kata Kuru.

Menurutnya, warga Jerman yang punya asal-usul dari Türki sangat disenangi di kepolisian Jerman. Ia tak mendapat tudingan miring, bahkan di sini kemampuan khususnya sangat dihargai.

“Orang bertanya kepada saya, dari mana orang tua saya berasal. Lalu saya jawab, orang tua saya dari Turki, saya dilahirkan dan dibesarkan di sini. Dan sebagian besar dari mereka merasa senang“, kata Kuru.

Ia bercerita, ia banyak berhubungan dengan saksi mata dan korban yang berasal dari Turki, karena itu, baginya adalah sesuatu hal yang lebih jika bisa berbahasa Turki.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *