Satu Islam Untuk Semua

Friday, 21 June 2019

Amerika Menamai Bandara Internasionalnya dengan “Muhammad Ali”


islamindonesia.id – Amerika Menamai Bandara Internasionalnya dengan “Muhammad Ali”

Louisville, kota terbesar di Negara Bagian Kentucky, Amerika Serikat (AS), memberikan penghormatan besar kepada salah satu putra terbaiknya. Pemerintah setempat mengganti nama bandaranya menjadi “Bandara Internasional Louisville Muhammad Ali”.

Muhammad Ali adalah satu-satunya juara tinju dunia linier tiga kali dari divisi kelas berat, dan kota ini semestinya merasa bangga karena Ali dilahirkan di sana pada tahun 1942.

“Muhammad Ali adalah milik dunia, tetapi dia hanya memiliki satu kampung halaman, dan untungnya, itu adalah kota besar kami di Louisville,” kata Walikota Louisville Greg Fischer dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Dewan Otoritas Bandara Regional Louisville.

Rencana untuk mengganti nama bandara telah berlangsung selama lebih dari setahun, mengikuti rekomendasi dari kelompok kerja dan dewan untuk memilih dalam rangka perubahan nama pada Januari lalu.

Meskipun nama bandara akan berubah, tetapi kode International Air Transport Association (IATA) SDF tetap tidak akan berubah.

“Saya senang bahwa pengunjung dari jauh dan dari mana-mana yang melakukan perjalanan ke Louisville akan memiliki titik sentuh lain untuk Muhammad, dan teringat akan sifatnya yang terbuka dan inklusif, yang mencerminkan kota kami,” kata Lonnie Ali, istri Ali.

Ali, yang pada tahun ini berusia 77 tahun, meninggal pada Juni 2016 setelah selama beberapa dekade berjuang melawan penyakit Parkinson.

Selain dianggap sebagai petinju terhebat dalam sejarah, Ali juga merupakan sosok yang kontroversial dalam hidupnya, dia bukan hanya hebat di atas ring.

Hanya setahun setelah menjadi juara Olimpiade di Roma pada tahun 1960, Ali masuk Islam dan mengubah namanya dari Cassius Clay menjadi Muhammad Ali.

Ali kemudian menjadi ikon bagi kelompok yang menentang supremasi kulit putih pada masa Gerakan Hak-Hak Sipil (the Civil Rights Movement). Hal ini semakin diperkuat oleh penentangannya terhadap keterlibatan Amerika pada perang Vietnam tahun 1966.

Dua tahun setelah memenangkan gelar juara dunia kelas berat pertamanya, Ali menolak masuk wajib militer AS, yang mana mengakibatkan dirinya dipenjarakan serta dicopot gelar juaranya.

Hukumannya akhirnya dibatalkan oleh Mahkamah Agung AS pada tahun 1971, yang memungkinkan Ali untuk kembali terjun ke dunia olahraga profesional.

Pada tahun yang sama, dalam sebuah acara yang disebut-sebut “Pertandingan Abad ini”, Ali kalah melawan Joe Frazier berdasarkan hasil perhitungan suara bulat dari dewan juri.

Tiga tahun kemudian, Ali membalas kekalahannya terhadap Frazier, sebelum mengalahkan George Foreman di Kinshasa, Zaire (sekarang Republik Demokratik Kongo).

Dalam sebuah pertandingan, yang kemudian dikenal sebagai “kegaduhan di tengah hutan”, Ali meng-KO Foreman pada ronde ke-8. Pada tahun tahun 1975 dia mengalahkan Frazier lagi di Manila, Filipina.

PH/IslamIndonesia/Sumber: Newsweek/Foto Fitur: John Rooney/AP

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *