Satu Islam Untuk Semua

Monday, 28 January 2019

“Al-Qur’an Lebih Luas dari Pemahaman Anda, Jangan Anggap Sejajar”


Islamindonesia.id – “Al-Qur’an Lebih Luas dari Pemahaman Anda, Jangan Anggap Sejajar”

 

 

Seorang muslim tidak semestinya mengklaim derajat pemahamannya sejajar dengan kandungan Al-Qur’an dan hadis. Sedemikian percaya dirinya, ia menganggap orang lain yang berbeda pendapat dengannya sama dengan menentang Al-Qur’an dan Rasulullah. 

“Tidak demikian,” kata Habib Ali Zainal Abidin seperti disiarkan oleh kanal Youtube Cocombee. “Al-Qur’an lebih luas dari pahaman kalian.”

Mengutip pandangan Imam Syafi’i, Habib Ali bilang, apa yang dianggap seseorang benar memiliki kemungkinan salah. Demikian juga sebaliknya. Karena itu ajaran Islam melarang sikap ujub apalagi angkuh: merasa diri paling hebat ilmunya dari orang lain. 

Sikap merasa paling benar inilah yang kerap kali memicu perselisihan dalam umat. Padahal perbedaan pendapat seharusnya tak perlu melahirkan perselisihan apalagi memecah persaudaraan sesama muslimin. 

Menurut Habib Ali, muslimin dapat belajar dari para sahabat nabi. Mereka adalah generasi pertama yang bersentuhan langsung dengan Nabi tapi tetap saja memiliki pemahaman berbeda-beda tentang hadis Rasul. 

Suatu hari Nabi berpesan kepada sekelompok muslimin yang akan bersafar, “Jangan seorang pun di antara kalian salat asar kecuali di kampung Bani Quraizah.”

Di tengah jalan, tiba waktunya salat asar namun mereka belum sampai ke tempat Bani Quraizah. Sebagian muslimin bersegera salat asar di tengah perjalanan, namun sebagian lagi tidak ikut salat.

“Apakah Anda tidak mendengar sabda Rasul?” Kata sebagian di antara mereka. “Rasul memerintahkan kita untuk tidak salat asar kecuali di kampung Bani Quraizah.”

Namun sebagian lainnya bersikukuh melaksanakan salat. Mereka memahami bahwa maksud di balik sabda Nabi ialah agar muslimin bersegara sampai di Bani Quraizah.

Sabda Nabi, menurut kelompok kedua ini, bukan berarti melarang salat tepat waktu karena ketentuan waktu salat itu perintah Allah. “Akhirnya, ada kelompok yang salat dan ada juga yang tidak salat di tengah safar itu,” kisahnya. 

Meski demikian,  keduanya tidak saling menunding melanggar perintah Rasulullah. Karena keduanya menyadari bahwa masing-masing dari mereka hanya berbeda dalam cara memahami hadis.

Mereka tidak menganggap bahwa pemahaman mereka setara dengan pemahaman Nabi yang tertuang dalam hadis. Walhasil ketika menerima laporan peristiwa ini, Nabi pun membenarkan putusan masing-masing kelompok tersebut.

Sayangnya, menurut Habib Ali, sebagian orang saat ini dengan mudah mengklaim pemahamannya setingkat dengan kandungan hadis Nabi walau pemahaman mereka hanya bersandar pada para ulama. Tak cukup dengan itu, orang yang berbeda dengan pandangan mereka juga dianggap sesat atau bahkan dinilai menentang ajaran Islam.[]

 

 

 

YS/islamindonesia 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *