Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 18 October 2014

Agama Bukan Tameng Kekuasaan


Di zaman Sahabat Nabi, Sayidina Ali Radhiallahu Anhu mengatakan para pemimpin tidak boleh menggunakan agama dalam rangka mempertahankan kekuasaan.

Hal tersebut dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat, Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait (IJABI). “Imam Ali tidak gunakan agama dalam mempertahankan jabatannya sebagai khalifah,” tambahnya.

Dalam konteks Indonesia, kata pria yang biasa dipanggil Kang Jalal ini, pandangan Imam Ali itu bisa diterapkan di parlemen. Menurut Kang Jalal, parlemen bukanlah pondok pesantren. Karena itu, selayaknya agama tidak diikut sertakan di dalam parlemen dan atau dalam politik.

“Parlemen kok seperti pesantren,” ucapnya saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk REVOLUSI MENTAL dengan tema “Dari Ali Hingga Jokowi” yang dilaksanakan Hari Rabu, 15 oktober 2014, di Auditorium Nurcholish Madjid Paramadina.

Senada dengan Kang Jalal, Pengamat Politik Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra juga meminta pendukung atau anggota dari tiap koalisi tidak merusak agama demi kepentingan politik.

“Agama itu sesuatu yang suci, jadi jangan membawa agama dalam persaingan pilpres atau merusak agama demi kepentingan politik,” ucap Azyumardi.

Menurutnya, perbedaan yang terjadi pada masing-masing pendukung adalah hal yang biasa. Perbedaan diungkapkan melalui berbagai cara, terutama lewat media sosial. “Tapi jangan dijadikan ajang untuk berkelahi, mencaci maki, menyebar fitnah, hingga membawa-bawa agama,” kata Azyumardi.

Azyumardi pun menuturkan bahwa agama Islam, Kristen, maupun agama lain mengajarkan kesantunan dan adab. Jadi jangan menodai kesucian agama itu, kata dia.”Seharusnya partai politik maupun calon presiden mampu memberi edukasi politik pada pendukungnya agar bertindak lebih santun,” lanjut Azyumardi.

(Wahyu/berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *