Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 22 September 2018

Rashida Tlaib dan Ilhan Omar, Muslimah Pertama di Kongres Amerika Serikat


islamindonesia.id – Rashida Tlaib dan Ilhan Omar, Muslimah Pertama di Kongres Amerika Serikat

 

Komunitas Arab dan Muslim di seluruh Amerika Serikat (AS) sangat gembira dengan kemenangan pertama Rashida Tlaib dan Ilhan Omar, yang pada bulan Januari hampir pasti akan memasuki Capitol AS (Gedung Kongres) sebagai wanita Muslim pertama di Kongres AS.

Tlaib berasal dari Michigan dan Omar dari Minnesota, mereka dipastikan akan melenggang dengan aman di distrik-distrik Demokrat pada pemilihan bulan November nanti. Tetapi mereka kemungkinan akan menghadapi permusuhan terhadap imigran dan Muslim ketika mereka tiba ke Washington, di mana Presiden Donald Trump telah meningkatkan kebijakan nasionalisnya (America First).

Kedua wanita itu telah merangkul basis sayap kiri progresif dari Partai Demokrat. Tlaib, yang merupakan putri imigran Palestina, akan menemukan dirinya berada dalam Kongres yang sebagian besar mendukung Israel dan enggan mengkritiknya.

Tetapi di luar persoalan identitas dan retorika, dampak potensial apa yang mungkin ditimbulkan oleh Tlaib dan Omar di Washington?

Dua dari 435 anggota parlemen tidak mungkin memiliki pengaruh yang signifikan pada politik AS, namun mereka dapat memperkuat sudut pandang orang-orang yang kurang terwakili. Kehadiran mereka di Capitol AS adalah bukti tersendiri, kata para ahli.

Sally Howell, seorang profesor studi Arab-Amerika di University of Michigan-Dearborn mengatakan, bahwa karena ketidakefektifan umum Kongres, dua wanita yang akan menjadi anggota kongres jangan diharapkan dapat mengubah kebijakan nasional.

Howell menekankan bahwa Tlaib menjalankan kampanyenya berdasarkan layanan konstituen untuk penduduk di distriknya, yang mayoritas bukan Arab atau Muslim.

Visi Tlaib tentang perannya di Kongres adalah salah satu perjuangan untuk kebutuhan orang-orang yang diwakilinya di Detroit, meskipun misi dan identitas politiknya telah secara signifikan dibentuk oleh latar belakang Muslim Palestina, kata Howell.

 

Palestina dan Israel dalam Satu Negara

Meskipun fokus lokal Tlaib ada pada masalah ekonomi dan lingkungan, tapi dia sebenarnya telah berbicara berulang kali tentang Palestina.

Kelompok Yahudi liberal J Street menarik dukungannya terhadap Tlaib setelah dia menyuarakan dukungan untuk konsep “satu negara” dengan hak yang setara baik bagi orang Yahudi maupun Palestina. Pendapat Tlaib  berbeda jauh dari posisi standar AS tentang Timur Tengah yang mendukung solusi dua negara, yang menurut para kritikus sudah tidak lagi memungkinkan.

“Ini (Palestina dan Israel) harus menjadi satu negara. Terpisah tetapi setara tidak akan berjalan. Saya baru berusia 42 tahun, tetapi guru saya berasal dari generasi yang sama dengan Martin Luther King. Ide keseluruhan dari solusi dua-negara, itu tidak akan berjalan,” kata Tlaib kepada majalah In These Times dalam sebuah wawancara.

Sementara itu platform kampanye Omar lebih menekankan mendahulukan keadilan untuk mewujudkan perdamaian di Timur Tengah, dan menyerukan untuk mengakhiri blokade di Gaza serta pendudukan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Howell mengatakan Tlaib mungkin berbicara, dan tidak setuju pada isu-isu kebijakan luar negeri AS, termasuk di Palestina, tetapi itu tidak berarti bahwa dia akan membawa perubahan, selain hanya mengartikulasikan perspektif Palestina di Washington.

Namun tetap, kemenangan kedua wanita itu secara simbolis begitu penting, kata Howell.

“Kami berada dalam periode politik di mana imigran pada umumnya dan Muslim secara khususnya sedang direndahkan oleh presiden, oleh administrasi presiden, dan sampai batas tertentu oleh partai politik presiden,” kata Howell.

“Untuk memiliki dua wanita yang dipilih untuk Kongres, satu adalah imigran dan yang lain putri imigran, keduanya Muslim, ini benar-benar mendorong kembali terhadap narasi bahwa orang Arab, Muslim, dan imigran adalah ancaman bagi kita daripada bagian dari kita.”

Omar datang ke Amerika Serikat sebagai pengungsi dari Somalia.

Tlaib dan Omar, tambah Howell, adalah bukti nyata bahwa imigran adalah bagian dari struktur masyarakat Amerika.

“Mengenai masalah kebijakan imigrasi, saya pikir mereka akan memiliki suara yang sangat kuat di sana, karena mereka bukan orang luar politik pada isu-isu itu; mereka berada dalam arus utama Partai Demokrat ketika menyangkut masalah-masalah seperti imigrasi. Mereka akan dapat membuat perbedaan pada hal itu.”

 

Sebuah Perubahan

George Bisharat, seorang profesor Palestina-Amerika di UC Hastings College of Law di San Francisco, menyoroti kecenderungan “pandangan negatif” terhadap kemenangan Omar dan Tlaib.

“Apa yang saya pikirkan adalah sangat luar biasa, kedua wanita ini, mereka adalah Muslim dan mereka progresif,” kata Bisharat.

Dia menambahkan, “Ini akan menyebabkan orang berpikir dua kali tentang beberapa stereotip yang sedang disebarkan tentang wanita di Timur Tengah, khususnya wanita Muslim.”

Bisharat mengatakan pemilihan mereka dapat menjadi “pembuka” untuk sebuah wacana baru tentang isu-isu yang berkaitan dengan Timur Tengah.

Bisharat mengatakan, sementara Tlaib mungkin tidak dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri AS dalam waktu dekat, kemenangannya – terlepas dari identitas Palestina dan kritiknya terhadap Israel – mengungkapkan “pergeseran” isu tentang Palestina di dalam basis Demokrat.

Sebuah jajak pendapat yang diselenggarakan oleh Pew Research Center yang dirilis awal tahun 2018 menunjukkan bahwa hanya 27 persen dari Partai Demokrat yang bersimpati terhadap Israel, bandingkan dengan Partai Republik yang mencapai 79 persen.

Demokrat Progresif, termasuk Tlaib dan Omar khususnya, lebih mungkin mengkritisi Israel.

Bagaimanapun, perubahan nada pada Israel di kalangan Demokrat tidak akan terwujud ke dalam kebijakan baru luar negeri AS terhadap Palestina dalam waktu dekat.

“Kami membutuhkan kandidat yang lebih progresif di Partai Demokrat untuk Kongres,” kata Bisharat.

“Indikator demografis menunjukkan itu mungkin. Ada alasan untuk optimis, tetapi anda dapat kecewa jika anda mengharapkan perubahan yang cepat.”

 

PH/IslamIndonesia/Sumber: Middle East Eye

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *