Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 18 June 2016

KHAS—Genealogi Membuktikan, Ternyata Kita Keturunan Nabi Nuh


IslamIndonesia.id— Genealogi Membuktikan, Ternyata Kita Keturunan Nabi Nuh

 

Dalam tulisan terdahulu (Genelaogi dan Perkembangannya di Dunia Modern), disebutkan bahwa dengan genealogi atau ilmu nasab, sekelompok masyarakat akan mampu menelusuri sejarah keluarga mereka sampai ratusan bahkan ada yang sampai ribuan tahun.

Ternyata, hal yang sepintas terkesan mustahil ini pun benar-benar dapat dilihat buktinya di dunia modern. Salah satunya adalah rekor spektakuler yang dicapai keluarga Confusius (Kong Hu Cu), yang mampu menyimpan silsilah keluarga mereka sampai lebih dari 2500 tahun.

Rekor itulah yang tercatat dalam Guinness Book of Record sebagai silsilah keluarga terpanjang yang dicatat secara resmi dan pernah dipublikasikan sendiri melalui sebuah komite yang dibentuk keturunan ke 77 keluarga ini (yang bernama Kong De Yong) di Hong Kong, pada tahun 1998 silam.

Disebutkan pula bahwa di masa kita sekarang, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian maju, banyak ilmuwan dan peneliti—termasuk di dalamnya para sejarawan, yang makin menggandrungi genealogi. Tapi tahukan Anda bahwa upaya menulusuri jejak asal-usul umat manusia semacam itu telah dilakukan oleh umat Islam, jauh sebelum munculnya beragam teori tentang manusia dalam paleontropologi atau ilmu tentang manusia purbakala sebagaimana dicetuskan dalam Teori Darwin?

Para cendekiawan pada masa awal Islam, telah banyak mengupas persoalan ini. Terbukti, setidaknya lebih dari 400 kitab yang telah berhasil diterbitkan dan beberapa di antaranya hanya fokus pada nasab orang-orang Arab, namun tak sedikit pula yang secara panjang lebar mengulas ihwal genealogi secara umum.

Kitab-kitab yang cukup dikenal membahas tentang asal-usul manusia, misalnya Bahr an-Nishab, karya Abu Makhnaf Luth bin Yahya (157 H), An-Nasab al-Kabir karya Amir bin Hafsh (170 H), Al-Kamil fi an-Nasab besutan Ibnu Thabathabai (449 H), dan masih banyak lagi.

Meski demikina, faktanya belum pernah ada kesepakatan dari mereka perihal siapakah manusia pertama kali yang layak dijadikan sebagai muara keturunan umat manusia saat ini. Bahkan sebagian sejarawan menegaskan bahwa Adam bukanlah muara dari keturunan segenap manusia (abu al-basyariyah), melainkan hanya sebatas bapak manusia (abu al-Insan). Dua istilah yang konon berbeda makna. Wallahu ‘a’lam..

Sementara Al-Qalaqasyandi di dalam Nihayat al-Irib fi Ma’rifat Ansab al-Arab menambahkan, para ahli genealogi dan sejarawan untuk sementara ini justru lebih sepakat bahwa bangsa-bangsa yang eksis dan berkembang saat ini, merupakan keturunan dari Nabi Nuh yang selamat dari peristiwa banjir bandang.

Lalu bagaimana halnya dengan asal-usul bangsa-bangsa di Nusantara?

Mari kita telusuri bersama dengan menggunakan perangkat ilmu nasab atau genealogi.

Berdasarkan Evolutionary tree of Human Y-chromosome DNA (Y-DNA) haplogroups, diperkirakan keluarga Nabi Nuh AS berasal dari Haplogroup IJK, yang merupakan pangkal percabangan keturunan Sem bin Nuh (Haplogroup IJ) dan Yafet bin Nuh (Haplogroup K). Dengan demikian keturunan Nabi Adam AS yang selamat dari banjir Nuh, berasal dari 8 komunitas, yakni Haplogroup A, B, C, D, E, G, H dan IJK.

Setelah terjadinya bencana Nuh, pada sekitar 13.000 tahun yang silam, setidaknya muncul 3 kelompok pengikut Nabi Nuh, yaitu:

  1. Kelompok Timur, dipimpin Yafet bin Nuh, diperkirakan mendiami Sundaland (Paparan Sunda). Mereka kebanyakan berasal dari Haplogroup IJK, dan dari kelompok ini muncul ras baru, yang di-identifikasikan sebagai Haplogroup K, kemudian berkembang menjadi Haplogroup L, M, NO, P, S dan T.
  2. Kelompok Tengah, dipimpin Sem bin Nuh, diperkirakan mendiami Asia Tengah. Mereka berasal dari Haplogroup IJK, G dan H, dan dari kelompok ini muncul ras baru, yang di-identifikasikan sebagai Haplogroup IJ, kemudian berkembang menjadi Haplogroup I dan Haplogroup J.
  3. Kelompok Barat, dipimpin Ham bin Nuh, diperkirakan mendiami daratan Afrika. Mereka berasal dari Haplogroup IJK, A, B, C, D, dan E.

Para sejarawan memperkirakan bahwa pasca banjir Nabi Nuh, di Nusantara atau lebih tepatnya di Sundaland, sudah ada satu komunitas Bani Adam (Kelompok Timur), yang di-identifikasikan sebagai Haplogroup K. Inilah kelompok yang oleh Plato disebut sebagai Peradaban Atlantis yang ditengarai pernah mencapai peradaban yang tinggi selama ratusan tahun, akan tetapi kemudian hancur diterjang banjir, gempa bumi dan gunung meletus pada sekitar tahun 9.600 SM.

Akibat berbagai bencana itulah maka komunitas ini pun akhirnya berpencar ke segala penjuru bumi. Mereka kemudian menjadi leluhur bangsa-bangsa di Asia Timur, seperti ras Mongoloid dan Altai, dan secara otomatis dapat dikatakan telah turut menyumbangkan teknologi peradaban yang maju di dunia secara luas.

Setelah situasi di Nusantara dirasakan cukup tenang, sekelompok kecil dari bangsa Sundaland mulai “mudik”. Dan pada puncaknya, mereka datang dalam jumlah besar, pada sekitar tahun 2.500 SM – 1.500 SM. Mereka inilah yang kemudian dikenal sebagai bangsa Proto Melayu.

Sementara pada sekitar tahun 300 SM, datang lagi dalam jumlah besar kelompok bangsa dari Asia Selatan (India) dan Asia Tengah, yang dikenali sebagai Deutero Melayu dan membawa pengaruh budaya Hindustan di Nusantara.

Bangsa-bangsa di Nusantara, sebagian besar merupakan hasil pembauran dari 2 komunitas ini, yaitu Proto Melayu dan Deutero Melayu. Mereka merupakan zuriat (keturunan) dari Yafet bin Nuh (Haplogroup IJK), yang berkembang menjadi Haplogroup K, kemudian memunculkan ras baru Haplogroup NO. Dari Haplogroup NO inilah, kemudian muncul bangsa Nusantara (bangsa Austronesia), yang di dalam Human Y-chromosome DNA (Y-DNA) haplogroups, dikenali sebagai Haplogroup O1a-M119.

(Bersambung..)

 

EH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *