Satu Islam Untuk Semua

Monday, 11 July 2016

ANALISIS—Mengorek Isi Kepala Nur Rohman dan Kawan-Kawan (Bagian 2-Selesai)


IslamIndonesia.id—Mengorek Isi Kepala Nur Rohman dan Kawan-Kawan (Bagian Kedua)

 

Salah seorang pengamat intelijen mengatakan aksi Nur Rohman merupakan bagian tak terpisah dari serangkaian operasi Ramadhan ISIS di seluruh dunia, dengan target aparat keamanan sebagai cara balas dendam terhadap apa yang mereka sebut sebagai “Pemerintahan Thaghut”.

Aksi tersebut juga dianggap merupakan bentuk sambutan dan tanda kepatuhan para simpatisan ISIS atas seruan dan perintah untuk melancarkan serangan di akhir Ramadhan yang diduga berasal dari Juru Bicara ISIS, Abu Muhammad Al Adnani.

Lewat rekaman audio yang disebarluaskan akhir Mei lalu, juru bicara ISIS tersebut memperingatkan bakal datangnya gelombang serangan teror menakutkan selama Ramadhan di seantero dunia.

“Ramadhan adalah bulan penaklukan dan jihad… jadikan Ramadhan bulan keheningan bagi kaum kafir, dimana pun mereka berada.”  Begitu kata Adnani.

Di dalam negeri, konon Solo dipilih karena memang sejak lama kota ini telah menjadi basis beberapa gerakan radikal pro-ISIS di wilayah Indonesia Barat. Lebih dari itu, insiden bom bunuh diri di Solo yang dilakukan Nur Rohman dapat pula dimaknai sebagai penghinaan terang-terangan bagi pemerintah dan negara, karena Presiden Jokowi berasal dari Solo.

Di sisi lain, ketika sebagian pihak bertanya-tanya, jika biasanya aksi teror bom dilakukan menjelang Natal atau Tahun Baru, pada bulan September atau bulan lain yang berakhiran “ber”, kenapa kali ini justru diledakkan jelang Lebaran? Bukankah Lebaran identik dengan, dan merupakan Hari Raya umat Islam sendiri?

Menjawab itu, Ali Fauzi Manzi, adik kandung Amrozi dan Ali Imron, tak menepis kemungkinan bahwa motif di balik aksi Nur Rohman itu tak lebih dari sekadar “hadiah” atau “sambutan selamat datang” untuk Tito Karnavian, kalau tak bisa disebut sebagai semacam “warning” bagi Kapolri baru pengganti Baddrodin Haiti itu.

Kalah Disana Ingin Menang Disini?

Dalam kacamata terorisme global, apa motif aksi beruntun yang hampir serentak terjadi di beberapa negara; di antaranya Bangladesh, Irak, Turki, Lebanon, Yaman, Arab Saudi dan Indonesia itu?

Benarkah hal itu tak terlepas dari semakin terpojoknya posisi gerakan ISIS di Irak dan Suriah, akibat gempuran pasukan Irak dibantu Rusia yang terus membombardir dan berhasil memukul mundur serta memporak-porandakan posisi pertahanan mereka?

Itukah sebabnya maka ISIS sengaja mengirim orang-orangnya untuk menyerang langsung negara yang mereka cap sebagai musuh, karena di “negara asal” mereka, yakni Irak dan Suriah, mereka sudah merasa kian terpojok?

Dari penelusuran di lapangan dan beberapa kesaksian, saat ini milisi ISIS dinyatakan memang sedang terpojok di basis pertahanan mereka di Irak dan Suriah. Kedigdayaan yang sempat diraihnya sepanjang dua tahun silam, kini sudah kian redup. Terutama pasca lepasnya separuh lebih dari hampir 130-an wilayah caplokannya dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan sesumbar mereka untuk mempertahankan Fallujah pun, terbukti tak bertaji, saat mereka dipukul mundur dan terusir dari kota yang dinilai penting dan strategis itu, dua pekan lalu.

Dari serangkaian fakta di atas, dapatkah kita duga bahwa isi kepala para simpatisan ISIS, tak terkecuali Nur Rohman dan kawan-kawannya di seluruh dunia, kemudian sontak mendidih,  dipenuhi dendam dan amarah membabi-buta?

Atau masih ada motif lain yang skalanya lebih besar dari itu? Wallahu ‘a’lam…

 

EH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *