Satu Islam Untuk Semua

Friday, 07 October 2016

ANALISIS—Bagaimana Bangsa Besar Lahirkan Generasi Kerdil Akibat Tsunami Pornografi?


IslamIndonesia.idBagaimana Bangsa Besar Lahirkan Generasi Kerdil Akibat Tsunami Pornografi?

 

Beberapa hari yang lalu, kasus video porno di sebuah videotron (billboard elektronik) di wilayah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sempat membuat heboh netizen dan masyarakat Indonesia.

Tak hanya sampai disitu, kehebohan itupun bahkan telah menjalar ke luar negeri setelah sejumlah outlet berita online asing seperti BBC, Gizmodo, Mashable, dan beberapa situs lain turut mengulas peristiwa yang terjadi pada Jumat (30/10/2016) siang itu.

Dalam pekan yang sama, dikabarkan bahwa situs web resmi DPRD Sidoarjo juga sempat menampilkan video vulgar berdurasi 49 menit 22 detik yang tak selayaknya ditayangkan dan dikonsumsi publik.

Banyak kalangan menengarai bahwa dua peristiwa di atas, hanyalah ibarat sepercik lumpur kotor di tengah air bah tsunami pornografi yang melanda negeri kita dalam kurun waktu puluhan tahun terakhir.

Inilah bencana besar yang telah banyak memakan korban serta makin menyuburkan dekadensi moral di tengah kehidupan bangsa, utamanya di kalangan generasi muda.

[Baca: Kiat Cegah Kecanduan Pornografi pada Anak]

Pertanyaannya, sampai kapan hal ini akan dibiarkan terus berlangsung? Hingga di titik mana, wabah sangat berbahaya ini akan mendapatkan perhatian yang benar-benar serius dari seluruh komponen bangsa, sehingga dapat menggerakkan perlawanan massif dan sistematis terhadapnya?

Padahal seperti dijelaskan dan ditegaskan oleh para pakar, jika dibandingkan dengan dampak buruk mengkonsumsi narkoba, bukankah bahaya pornografi justru jauh lebih merusak otak manusia?

Ahli Bedah Otak asal AS, Dr. Donald Hilton Jr, mengatakan bahwa pornografi sesungguhnya merupakan penyakit berbahaya, karena efeknya dapat mengubah struktur dan fungsi otak, atau dengan kata lain dapat merusak otak. Kerusakan itu dipastikan berangsur terjadi seiring perubahan fisiologis ketika seseorang mulai memasukkan gambar-gambar pornografi lewat mata ke otaknya. Mungkin ini yang dalam Islam disebut sebagai “zina mata”.

Dr. Hilton pun menambahkan, bila kecanduan narkoba mampu merusak tiga bagian otak, maka penggunaan materi pornografi yang berketerusan sampai pada taraf kecanduan, akan mampu merusak lima bagian otak.

Senada, Dr. Mark Kastelmen, penulis buku The Drugs of The Millenium justru menyebut pornografi sebagai Visual Crack Cocain atau sejenis narkoba lewat mata. Disebutkannya bahwa bagian penting otak yang paling dirusak adalah Pre Frontal Cortex (PFC). Akibatnya, setiap pecandu pornografi akan sulit membuat perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan emosi, serta bakal menurun secara drastis kemampuannya dalam mengambil keputusan seiring terganggunya berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls.

Sebagaimana halnya kecanduan narkoba, setiap pelaku yang pernah mengakses pornografi bakal terus mengulanginya lagi bahkan cenderung tak mudah lepas dari kebiasaannya itu. Tanpa disadari, hal ini dapat berakibat pada terganggunya keseimbangan beberapa hormon dalam tubuh seperti dopamin, neuropiniphrin, serotonin, dan oksitosin yang secara fisiologis dipaksa bekerja terus-menerus oleh beragam materi pornografi tersebut.

Kekacauan hormon itulah yang memaksa seseorang untuk terus mengakses pornografi, meskipun ia mengetahui bahwa perbuatannya itu tidak benar. Ia akan tetap melakukannya dalam banyak kesempatan meski ia sadar perilaku itu salah, karena merasa tak berdaya untuk melawan kecanduannya. Akibat gangguan hormonal ini, seseorang tidak akan dapat lagi berpikir jernih, bahkan malas berpikir, dan takkan mampu lagi berpikir kreatif.

Ibaratnya, para pecandu pornografi menjadi seperti terikat lahir-batin, dan tak mampu terlepas dari jajahan pornografi.

Dalam kondisi kecanduan tersebut, jika tidak melihat pornografi beberapa hari, maka yang bersangkutan akan merasa bingung, “kangen”, tertekan, dan seterusnya.

Mengapa demikian?

Sekali lagi, gangguan hormon di dalam tubuhnya lah yang telah membuat dirinya menjadi budak pornografi semacam itu.

Menguatkan pandangan tersebut, seorang psikolog membenarkan bahwa gambaran kerusakan otak akibat pengaruh pornografi dapat dilihat melalui sebuah perangkat Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan hasilnya ternyata sama dengan kerusakan mobil pada saat mengalami tabrakan keras. Yakni kerusakan parah terutama pada Pre Frontal Cortex (PFC) yang dinilai sangat membahayakan bagi tiap individu pecandu pornografi. Karena di PFC inilah sesungguhnya terletak pusat nilai, moral, tempat manusia mengatur manajemen diri dan merencanakan masa depannya. Pendek kata, bagian otak terpenting inilah yang menentukan “nasib” dirinya kelak.

Maka dapat dibayangkan, bagaimanakah kondisi masa depan suatu bangsa jika mayoritas warganya merupakan pecandu atau budak pornografi?

Bukankah tak mustahil bahkan sebuah bangsa yang besar pun bisa berubah kerdil dan bermasa depan suram akibat serangan dahsyat wabah pornografi tersebut?

Itukah sebabnya kenapa Islam bahkan melarang umatnya walau sekadar “mendekati zina”?

 

[Baca: Indonesia Pendownload Pornografi Tertinggi Dunia, Kata Menteri]

 

EH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *