Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 22 November 2014

Jerman Luncurkan Beasiswa Khusus Umat Islam


Cukup besarnya komunitas muslim di Jerman membuat pemerintah federal meluncurkan program beasiswa khusus umat muslim. Program beasiswa ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan muslim Jerman di semua disiplin ilmu. Bisa dibilang, ini pertama dalam sejarah pemerintahan Jerman adanya beasiswa khusus umat muslim.  

“Untuk awal, ada 65 pemuda Muslim yang diberikan beasiswa dan ini diperkirakan akan meningkat menjadi 500 orang di tahun-tahun mendatang,” ujar Bulent Ucar, Ketua Avicenna Studienwerk, organisasi pemerintah yang khusus membidani persoalan beasiswa ini. 

Lazimnya beasiswa, skema Avicenna Studienwerk bertujuan untuk mendukung mahasiswa Muslim yang berbakat, punya motivasi dan berkomitmen sosial yang tinggi di Jerman. Bagi mahasiswa muslim yang menerima beasiswa, akan mendapatkan setidaknya 670 euro per bulan dan ditambah 300 Euro, sementara mahasiswa PhD akan menerima € 1.150 per bulan.

Organisasi Avicenna Studienwerk dipuji karena merupakan organisasi pemerintah pertama yang memeperhatikan kebutuhan umat Islam di bidang akademik. Ucar menekankan proyek beasiswa ini penting karena memberikan dukungan kepada akademisi muda muslim untuk berkontribusi lebih bagi negara Jerman.

Kendati menjadi organisasi pemerintah pertama yang memberikan beasiswa khusus muslim, Avicenna bukanlah yang pertama dalam mengajarkan studi Islam. Pada tahun 2012, Tubingen University membuka Fakultas Teologi Islam untuk mendidik generasi baru ulama yang mempunyai pikiran tercerahkan. Ini merupakan Fakultas Teologi Islam pertama di Jerman.  Pada tahun 2009 , pertama kalinya di Jerman sekolah umum memungkinkan umat Islam untuk mempelajari iman mereka. Titik awal

Menurut Wolfgang Rohe, Direktur Eksekutif Mercator Foundation yang menjadi pendonor Avicenna Studienwerk, Jerman mempunyai banyak imigran yang berasal dari berbagai negara di dunia dan dengan latar belakang sosial agama yang berbeda pula. Salah satu komunitas imigran yang terbesar itu beragama Islam. “Jadi, kita harus sadar untuk berurusan dengan masalah agama. Kami memutuskan untuk berinvestasi dalam proyek Avicenna ini untuk memberikan kesempatan pendidikan bagi para migran,” ujar Rohe.  

Selain itu, dengan adanya program ini, Rohe berharap dapat lebih mengintegrasikan perbedaan-perbedaan itu melalui wawasan akademik. Bagi Rohe, pendidikan  merupakan jalan yang sangat tepat dan penting bagi terjadinya integrasi di negara Eropa. “Integrasi tergantung pada partisipasi dan sosialisasi seluruh budaya dan latar belakang sosial agama di Jerman, katanya.

Menyoroti dampak positif dari program ini , Rümeysa Y?ld?z , 28 , seorang muslim yang menjadi kandidat PhD dalam ilmu pedagogi di Karlsruher Institut Teknologi, mengatakan “Cendekiawan-cendikiawan muslim perlu dan dibutuhkan dalam setiap bidang masyarakat di Jerman. Salah satunya dalam dunia pendidikan. Di sektor ini, suara muslim hampir tak ada,” katanya.

Bisa jadi, program ini untuk meredam sentimen muslim yang belakang ini terus meningkat di Jerman. Hasil jajak pendapat terbaru yang diadakan oleh Universitas Munster menunjukkan, masyarakat Jerman lebih negatif dalam memandang muslim ketimbang negara-negara Eropa lainnya. Harian Der Spiegel Jerman telah memperingatkan pada tahun 2012 bahwa negara ini menjadi tidak toleran terhadap minoritas Muslim. Menurut jajak pendapat nasional tahun 2010 yang diadakan  lembaga riset Infratest-Dimap, lebih dari sepertiga dari responden lebih menyukai “Jerman tanpa Islam.”

 

 

(Wahyu/Berbagai Sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *