Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 15 October 2019

Mengenal Abdul Sattar Edhi, Teladan Kemanusiaan Dunia


islamindonesia.id – Mengenal Abdul Sattar Edhi, Teladan Kemanusiaan Dunia

“Tiada agama yang lebih tinggi dibandingkan kemanusiaan.” – Abdul Sattar Edhi

Bagi warga Pakistan, nama Abdul Sattar Edhi bukanlah sesuatu yang asing, sebab kisah hidupnya diperkenalkan di bangku sekolah dasar di sana. Dia dilahirkan di Bantva, sekarang di negara bagian Gujarat, India, dan kemudian dia berimigrasi ke Pakistan pada tahun 1947.

Sejak usia 11 tahun, dia merawat ibunya yang lumpuh. Ketika Edhi baru berusia 20 tahun, dia memulai apa yang kelak akan menjadi jaringan layanan sosial terbesar di negara Pakistan.

Tapi apa yang membuat Edhi menjadi seorang dermawan yang hebat? Dari mana dia mendapatkan mobilnya – bahkan hanya sebagai bocah laki-laki – untuk merawat orang miskin dan sakit?

Idenya untuk memberi perawatan bagi orang-orang yang tidak mampu, mulai dari urusan melahirkan hingga penguburan, tidak pernah dicetuskan oleh siapapun di dunia ini. Di bangsal bersalin pada pusat-pusat pelayanan Edhi Foundation, yayasan yang didirikan oleh Edhi, lebih dari satu juta bayi telah dilahirkan dengan biaya gratis.

Dan setiap harinya, mayat orang-orang miskin yang tidak disebutkan namanya, baik itu pria, wanita, maupun anak-anak dimandikan dan dimakamkan dengan hormat oleh para pekerjanya.

Untuk yang masih hidup, dia menyediakan jaringan pelayanan ambulans dan perawatan darurat untuk menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa.

Lalu dari manakah dia mendapatkan inspirasi cemerlang untuk mengurus dan mengasuh anak-anak yang tidak diinginkan olah orangtuanya lalu dibuang begitu saja di halaman kantor Edhi Foundation?

Foto Abdul Sattar Edhi pada tahun 2010 yang sedang menggendong bayi lumpuh di yayasannya. Foto: AFP / Rizwan Tabassum

Tempat anak-anak dibuai dan dibesarkan adalah simbol nilai kehidupan manusia yang dipahami Edhi dengan baik, dan seharusnya itu dapat mengetuk nurani kita semua. Lebih dari 19.000 bayi yang tidak diinginkan orang tuanya, kini dapat hidup dengan keluarga baru karena Edhi.

Bagaimana dia dapat bertemu dengan Bilquis Edhi, pasangan jiwa yang menjadi istrinya, yang kemudian bekerja bersamanya untuk membantu orang-orang miskin? Bahkan setelah kematian Bilquis, anak-anak mereka terus bekerja tanpa lelah untuk melanjutkan misi Edhi.

Bilquis Edhi, istri Abdul Sattar Edhi. Foto: Alchetron

Bilquis pernah bercerita, “Semua orang mengatakan saya gila ketika menikahinya. Teman-teman bercanda, sementara mereka pergi piknik, dia akan membawaku ke kuburan.”

Namun Bilquis, seperti suaminya, mengabdikan dirinya untuk melayani umat manusia dengan seluruh daya dan upayanya.

Bagaimana pada awalnya Edhi meyakinkan rakyat Pakistan agar mau memberikan dukungan kepada saudara-saudara mereka yang kurang mampu? Padahal ketika dia memulai pekerjaannya, dia sama sekali tidak mempunyai uang.

Edhi duduk di jalan dan meminta sumbangan – bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk membantu orang yang lebih membutuhkan. “Saya meminta, dan orang-orang memberi,” katanya.

Sejak awal, orang-orang yang melewati Edhi di jalan mempercayainya untuk berbuat baik dengan uang mereka.

Dia tidak mengambil uang dari pemerintah, sebaliknya, dia justru mengatakan bahwa dia ingin menumbuhkan kebiasaan memberi pada orang-orang Pakistan. Dan dia berhasil. Edhi Foundation mengatakan bahwa seringkali orang-orang yang memiliki paling sedikit, justru memberi paling banyak.

Bagaimana dia melawan iming-iming ketenaran, politik, dan pengakuan atas karyanya? Edhi bisa saja menjadi politisi atau orang kaya, namun dia tidak pernah melayani orang miskin untuk keuntungan pribadinya.

Edhi hanya memiliki dua pasang pakaian, tidak pernah menerima gaji dari organisasinya dan tinggal di sebuah apartemen kecil di sebelah kantor utamanya.

Bagaimana dia melihat begitu banyak kesengsaraan manusia setiap hari dalam hidupnya tapi masih bisa hidup dengan begitu banyak sukacita? Suatu waktu dia pernah berkata, “Saya merasa bahagia bahwa Allah membuat saya berbeda dari yang lain. Saya membantu (orang-orang) yang paling tertekan.”

Apa yang menjadikan Edhi sebagai orang yang memberikan begitu banyak bagi kemanusiaan? Dari mana Edhi datang? Ini adalah pertanyaan yang sulit jawab. Tapi banyak orang Pakistan lainnya yang telah terinspirasi oleh kehidupan dan pelayanan yang Edhi berikan.

Bagi orang Pakistan, Muhammad Ali Jinnah (pendiri negara Pakistan) telah memberikan mereka negara, namun Abdul Sattar Edhi memberikan negara tersebut jiwa.

Pada tahun 2011, Edhi pernah diusulkan untuk masuk nominasi Penghargaan Nobel Perdamaian. Edhi diusulkan kembali pada awal tahun 2016 untuk dapat meraih penghargaan tersebut.

Pada tahun 2013, The Huffington Post mengatakan bahwa Edhi adalah pahlawan kemanusiaan terbesar yang masih hidup. Pada tahun 2016, hanya empat hari setelah kematiannya, nama Edhi diabadikan menjadi sebuah nama jalan di Karachi, Pakistan.

Tahun 2017, Google Doodle membuat ilustrasi Edhi dengan layanan ambulannya yang “super efisien”.

PH/IslamIndonesia/Sumber: Diadaptasi dari Herald

One response to “Mengenal Abdul Sattar Edhi, Teladan Kemanusiaan Dunia”

  1. Epiniansah says:

    An inspiration for all of us

Leave a Reply to Epiniansah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *