Satu Islam Untuk Semua

Monday, 11 November 2019

Menengok Kedekatan Cak Nur dengan Dunia Tasawuf


islamindonesia.id-Menengok Kedekatan Cak Nur dengan Dunia Tasawuf

Menurut peneliti studi keislaman, Husain Heriyanto, cendekiawan muslim Nurchalis ‘Cak Nur’ Madjid meyakini Islam memiliki warisan intelektual dan spritual yang dapat mengantarkan umat Islam menjemput perababan yang lebih baik. Husain mengungkapkan itu setelah mengikuti sejak lama termasuk membaca pemikiran Cak Nur di berbagai karyanya.

Oleh karena itu, pemikiran Cak Nur memiliki afinitas yang kuat dengan tasawuf. Dalam gagasan Islam hanifiyah Cak Nur, misalnya, disebutkan bahwa manusia memiliki tanggung jawab moral yang tinggi, beragama itu harus otentik atau memiliki pengalaman ruhani.

“Artinya, tidak cukup dengan eksoteris (lahiriyah) tapi juga esoteris (batiniyah),” kata Husain dalam kajiannya di kanal Youtube Nurwala, 31 Oktober “Beliau juga memiliki konsep neo-sufisme sebagai lanjutan tasawuf Buya Hamka.”

Di samping itu, gagasan Cak Nur tentang kemanusiaan dan peradaban memiliki dimensi spritual. Dimensi ini juga tampak ketika Cak Nur memberikan kajian intelektual di Paramadina. “Terutama dalam 10 tahun terakhir dalam masa kehidupannya, Cak Nur sangat konsern kepada spritualitas Islam,” ujar Husain.

Cak Nur bahkan membela sufi besar Ibn Arabi yang dikritik keras oleh Ibn Taymiyah. Pembelaan itu ia tulis dalam bukunya Islam, Doktrin dan Peradaban.

Cak Nur

Nurcholish Madjid lahir di Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939 dan meninggal di Jakarta pada 29 Agustus 2005. Alumni Pondok Modern Gontor Ponorogo ini menghembuskan nafas terakhir pada umur 66 tahun.

Cak Nur adalah seorang pemikir Islam, cendekiawan, dan budayawan Indonesia. Pada masa mudanya, ia dikenal sebagai aktivis dan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia menjadi satu-satunya tokoh yang pernah menjabat sebagai ketua Umum HMI selama dua periode.

Gagasannya tentang kemanusiaan, Islam dan perabadan tertuang dalam berbagai buku. Karya-karyanya bahkan menjadi referensi utama dalam dunia akademik hingga kini.

Nurcholish pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, dan sebagai Rektor Universitas Paramadina, sampai dengan wafatnya pada tahun 2005. Cak Nur meninggal dunia akibat penyakit sirosis hati yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata meskipun merupakan warga sipil karena dianggap telah banyak berjasa kepada negara, sebagai penerima Bintang Mahaputra. []

YS/Islamindonesia/Foto: suara kebebasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *