PBB Peringatkan Potensi Genosida di Afrika Tengah
Kekerasan di Republik Afrika Tengah (CAR) terus mengalami peningkatan dan menjadikan stabilitas negara tersebut terganggu. Oleh karena ini, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), memperingatkan potensi terjadinya genosida yang mengerikan.
Kekhawatiran meningkat terkait parlemen yang sedang mempersiapkan pemilihan umum guna menentukan pemimpin baru negara itu.
Meskipun pekan lalu Presiden Michel Djotodia mengundurkan diri karena tekanan yang kuat dari para pemimpin negara di kawasan itu. Namun, seperti dilaporkan un.org, setidaknya tujuh orang meninggal di ibu kota negara itu, Bangui, Kamis (16/1) malam.
“Kekerasan yang terjadi memiliki semua elemen seperti yang telah kita lihat di Rwanda, dan Bosnia. Unsur-unsur yang ada untuk genosida tidak diragukan tentang hal itu. Kekejaman sedang dilakukan secara berkelanjutan, dan dikhawatirkan akan menyeret seluruh penduduk.” kata Direktur Operasi Kemanusiaan PBB, John Ging kepada wartawan di Jenewa setelah lima hari kunjungan ke negara itu.
Pemilihan Pemimpin
Sebanyak 17 kriteria telah disetujui anggota Dewan Nasional Transisi (CNT), yang menjalankan tugas sebagai parlemen sementara, pada hari Kamis untuk pencalonan pemimpin sementara, dan mengatakan pemilu akan berlangsung pada Senin mendatang.
Dewan ini memiliki kesempatan bersejarah untuk membawa negara itu pada jalan menuju stabilitas, demokrasi, dan pembangunan. “Kami mendorong dewan untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan memilih pemimpin dengan integritas yang dapat mengembalikan stabilitas di Republik Afrika Tengah,” kata juru bicara wakil menteri Luar negeri Amerika Serikat, Marie Harf, hari Rabu, seperti dikutip dari satuharapan.com.
Tapi Ging memperingatkan PBB tentang skala tugasnya. “Secara politik, negara ini telah runtuh, pelayanan publik juga runtuh, apakah itu perawatan kesehatan, pendidikan, pelayanan sosial, dan sebagainya,” kata dia.
Menjadi Konflik Antar Agama
Pertumpahan darah berpotensi menjadi konflik antar agama atau antara masyarakat, meskipun yang sebenarnya mereka telah lama tinggal berdampingan secara damai. Karenanya, misi PBB adalah untuk melucuti kelompok-kelompok bersenjata dan menjamin keamanan.
“Konflik ini (diprakarsai) oleh orang-orang yang sangat keras yang memiliki agenda untuk mengubahnya menjadi konflik antar agama. Masyarakat menolak hal itu, tetapi mereka berada dalam ketakutan,” kata Ging.
Menurut badan-badan PBB, sekitar seperlima dari penduduk 4,6 juta Republik Afrika Tengah telah mengungsi atau melarikan diri ke luar negeri, menghindari pembunuhan, pemerkosaan dan penjarahan.
Sekitar 100.000 orang dari Bangui bertahan di kota dengan tenda yang penuh sesak di kawasan Bandar udara yang dijaga 1.600 tentara Perancis yang tergabung dalam misi PBB MISCA.
Pada hari Rabu, Uni Afrika mendesak negara-negara Afrika tengah untuk memperkuat kekuatan MISCA menjadi 6.000 tentara.
Sumber: un.org /AFP/satuharapan.com
Leave a Reply