Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 27 August 2014

Ayah Bdeir dan Sengatan Revolusioner LittleBits


ISLAM INDONESIA – Anda boleh punya aneka gadget terbaru. Tapi jangan kaget. Anda tetap saja ketinggalan perkembangan teknologi jika belum mengenal Littlebits dan Ayah Bdeir. Apa dan siapa mereka?

Littlebits seperti mainan Lego. Bedanya, mainan edukasional satu ini punya magnet dan, ini yang mengejutkan, tegangan listrik. Di banyak belahan dunia, utamanya Amerika, permainan ini sudah jadi buah bibir dalam dua tiga tahun terakhir. Dari kanak-kanak hingga manula, dari remaja hingga professor, semua seperti terserang demam Littlebits.

Littlebits

Banyak analis yang bilang, inilah mainan yang merevolusi dunia permainan orang di semua umur, seperti dulunya Lego menenggalamkan dunia dalam demam konstruksi mainan.

Pada Littlebits, siapapun dengan mudah belajar tentang elektronik – sambil bermain, tentunya. Anda pun tak harus pegang solder, rumit menghitung resistor dan tegang, sekrup dan sakral. Yang Anda perlukan hanyalah ketertarikan dan segudang kreatifitas.

Littlebits terdiri dari aneka modul elektronik berbentuk Lego yang bisa terhubung secara magnetik. Semudah memasang lego, modul-modul ini bisa dihubungkan sesuai keinginan dan klik… Lahirlah sirkuit elektronik sederhana.

Setiap modul berbentuk persegi panjang, mengandung sirkuit tersembunyi dan memiliki kode-kode warna dan fungsi tersendiri. Modul biru misalnya, menandakan modul tenaga listrik. Modul merah muda untuk aneka rangkaian elektronik dasar, seperti cahaya, mikrofon, sensor gerak, tombol dan sebagainya. Modul hijau untuk rangkaian output lampu, kipas angin, bel, speaker,dan sebagainya. Terakhir adalah modul oranye yang mewakili ‘fungsi’ kabel atau logika.

Perr tahun ini, Littlebits sudah terjual ratusan ribu unit di 80 negara. Harganya relatif murah, berkisar US$ 99 -199 tergantung banyaknya modul pesanan.

Dari Lebanon Menggucang Dunia

Littlebits lahir dari tangan seorang wanita muda yang menyenani dunia seni, desain dan teknik. Namanya Ayah Bdeir. Usia 32 tahun. Asal Lebanon. Perempuan blasteran Kanada-Lebanon ini kini sehari-harinya tinggal di New York dan mengelola bisnis Littlebits.

Menghabiskan masa remaja di Lebanon, Bdeir menguasai tiga bahasa sekaligus: Arab, Inggris dan Perancis. Dalam blog pribadinya, dia menjelaskan kalau awalnya dia bercerita-cita jadi arsitek. Namun karena di keluarganya sudah banyak yang jadi arsitek, dia memutuskan banting stir menekuni dunia teknis seperti ayahnya.

Pada tahun 2008, Bdeir menerima gelar master dari MIT Media Lab dan gelar sarjana di bidang teknik komputer dan sosiologi dari American University of Beirut. Dua tahun kemudian, pada 2010, dia dapat beasiswa di Eyebeam Art and Technology Center di New York. Di waktu yang hampir bersamaan, dia juga mendapatkan beasiswa Creative Commons untuk proyek pembuatan open source hardware.

Pada September 2011, Bdeir mengangetkan dunia teknik saat memperkenalkan Littlebits. Dia bilang, mainan ini menggabungkan unsure desain dan teknologi. Tujuannya mendorong renaisan dalam teknologi, memicu ketertarikan orang banyak pada teknologi dan desain. Dalam waktu cepat, inovasi Bdeir ini mendapat sambutan dari berbagai kalangan, baik designer, guru, insinyur, dokter atau profesi lainnya. Semua merasa bisa mengambil manfaat – dan bersenang-senang – dengan bermain Littlebits.

Pada 2013, Bdeir memanen jerih payahnya. Dia masuk di peringkat 33 dalam “100 Most Creative people in Business 2013”. Setahun kemudian, pada 2014, dia meraih penghargaan “35 Under 35” dari MIT Tech Review. Ini penghargaan untuk innovator muda usia di bawah 35 tahun.

Dari Lebanon, Bdeir muda telah menyita perhatian dunia. “Saya ingin memberi semangat pada kalangan peneliti, pencipta dan penikmat teknologi. Sebab inilah dunia yang kita hadapi, dunia interaktif,” katanya. *** (Ami/Islam Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *