Satu Islam Untuk Semua

Friday, 05 June 2020

Delapan Sikap PBNU Terkait Kerusuhan Rasial di Amerika Serikat


islamindonesia.id – Delapan Sikap PBNU Terkait Kerusuhan Rasial di Amerika Serikat

Menanggapi kerusuhan berbau rasialisme di Amerika Serikat (AS) yang dipicu oleh terbunuhnya warga kulit hitam, George Floyd, oleh polisi kulit putih pada 25 Mei 2020 lalu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui siaran persnya memberikan beberapa pernyataan terkait:

1. Bahwa terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS ke-45 didasarkan pada kampanye yang rasis.

2. AS telah gagal menerapkan nilai-nilai demokrasi seperti keadilan, persamaan hak, pemerataan, dan perlakuan tanpa diskriminasi terhadap seluruh kelompok masyarakat.

3. NU memandang bahwa demokrasi masih merupakan sistem terbaik yang sejalan dengan konsep syura di dalam Islam.

4. NU menolak penyeragaman demokrasi liberal ala Amerika sebagai satu-satunya sistem terbaik untuk mengatur negara dan pemerintahan.

5. Indonesia tidak perlu meniru demokrasi AS.

6. Demokrasi yang perlu dibangun di Indonesia tetap harus berlandaskan pada prinsip musyawarah-mufakat dalam politik dan gotong royong dalam ekonomi.

7. Demokrasi yang sejalan dengan bangsa Indonesia adalah demokrasi yang nasionalis-religius dan religius-nasionalis.

8. NU memandang bahwa kejadian kerusuhan rasial di Amerika saat ini perlu menjadi bahan refleksi serius agar peristiwa serupa tidak terulang di negara mana pun.

Di bawah ini adalah redaksi selengkapnya dari siaran pers PBNU:

Cacat Demokrasi Amerika

Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika ke-45 telah menguak borok demokrasi Amerika yang selama ini tampil bak ‘polisi’ demokrasi dunia. Kampanye ‘hitam’ Trump di musim kampanye Pilpres AS yang rasis, yang menunjukkan sentimen negatif terhadap imigran kulit warna dan kaum Muslim, telah menabung bara api yang meledak dalam kerusuhan rasial sekarang. Demokrasi Amerika tengah sekarat karena menghasilkan pemimpin konservatif yang menyeret demokrasi ke titik anti-klimaks dengan retorika-retorika politik iliberal yang selama ini dimusuhinya.

Perubahan haluan yang drastis dari Presiden yang diusung Partai Demokrat (Obama) ke Presiden yang diusung Partai Republik (Trump) menunjukkan fondasi demokrasi Amerika tidak sekokoh seperti yang didengung-dengungkan. Diskriminasi rasial dan kesenjangan ekonomi telah menjadi cacat bawaan seperti telah disinggung oleh Gunnar Myrdal sejak 1944 dalam bukunya An American Dilemma. Demokrasi Amerika akan terus dihantui oleh pertarungan abadi antara ide persamaan hak dan prasangka rasial. Keyakinan Myrdal bahwa pada akhimya demokrasi akan menang atas rasisme tidak terbukti sampai sekarang. Diskriminasi atas warga Afro-Amerika telah memicu kerusuhan rasial yang terus berulang hingga 11 kali dalam setengah abad sejak 1965.

Keadilan, persamaan hak, pemerataan, dan perlakuan tanpa diskriminasi terhadap seluruh kelompok masyarakat merupakan nilai-nilai demokrasi yang gagal dicontohkan Amerika. Standar ganda yang sering digunakan Amerika dalam isu HAM, perdagangan bebas, dan terorisme menunjukkan wajah bopeng demokrasi yang tidak patut ditiru.

Nahdlatul Ulama (NU) memandang bahwa demokrasi masih merupakan sistem terbaik yang sejalan dengan konsep syura di dalam Islam. Namun, NU menolak penyeragaman demokrasi liberal ala Amerika sebagai satu-satunya sistem terbaik untuk mengatur negara dan pemerintahan. Indonesia tidak perlu membebek Amerika dan negara manapun untuk membangun demokrasi yang selaras dengan jati diri dan karakter bangsa Indonesia. Demokrasi yang perlu dibangun tetap harus berlandaskan pada prinsip musyawarah-mufakat dalam politik dan gotong royong dalam ekonomi. Demokrasi yang sejalan dengan penguatan cita politik sebagai bangsa yang nasionalis-religius dan religius-nasionalis.

Nahdlatul Ulama memandang bahwa kejadian kerusuhan rasial di Amerika saat ini perlu menjadi bahan refleksi serius agar peristiwa serupa tidak terulang di negara mana pun.

Jakarta, 13 Syawal 1441 H

5 Juni 2020 M

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA

Ketua Umum

DR. H. A. Helmy Faishal Zaini

Sekretaris Jenderal

PH/IslamIndonesia/Foto utama: PBNU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *