Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 04 September 2018

Perbedaan Irfan dan Tasawuf


islamindonesia.id – Perbedaan Irfan dan Tasawuf

 

 

Dalam pandangan umum, irfan dan tasawuf kadang dianggap memiliki makna sepadan. Karena itu juga, pelaku tasawuf kerap disebut sebagai arif atau orang yang memiliki irfan.

Sementara irfan dan makrifat, secara umum, juga memiliki akar kata yang sama (‘arafa-ya’rifu) dengan makna: mengetahui atau mengenali. “Pengetahuan yang dimaksud di sini adalah pengenalan tentang Allah dan hakikat segala sesuatu yang tidak lain tercipta sebagai pancaran manifestasi-Nya,” kata penulis buku Epistemologi Tasawuf, Haidar Bagir, dalam kajian Irfan di Pesantren Tasawuf Virtual Nur al-Wala.

Namun menurut penulis buku Keadilan Ilahi, Syahid Muthahhari, irfan merupakan salah satu sudut pandang dalam tasawuf. Irfan, bagi Muthahhari, merupakan tasawuf yang dipandang dari sudut akademik. Hal senada diungkapkan ahli sufisme Annemarie Schimmel yang menyebut irfan sebagai tasawuf filosofis atau filsafatnya tasawuf.

Sementara ahli filsafat Mehdi Haeri Yazdi berpendapat lain. Tasawuf, kata Penulis buku Ilmu Hudhuri ini, memiliki tiga tingkatan. Dua tingkatan pertama ialah pengalaman tasawuf dan irfan.

“Pengalaman tasawuf bersifat personal, tidak bisa dijelaskan dan berada di luar bahasa,” kata Haidar.

Tingkatan kedua adalah irfan yang berarti ungkapan pengalaman tasawuf dalam bahasa. Bahasa ungkapan, menurut Haidar, tidak harus analitis dan silogis.

Bahasa irfan dapat berupa simbol dan analogi. Bahasa simbolis, berkaca pada karya-karya Ibnu Arabi, justru terbukti bisa menampung ketakterbatasan pengalaman tasawuf.

“Namun betapapun canggih cara pengungkapan pengalaman tasawuf dalam bahasa, kita tetap saja tidak dapat mengungkapkan secara keseluruhan,” kata Haidar.  “Mengapa? Karena pengalaman tasawuf bersifat dzauqi atau pengecapan spritual.”

 

 

 

YS/Islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *