Satu Islam Untuk Semua

Friday, 02 February 2018

Tiga Hal Penting dalam Petuah Buya Hamka


islamindonesia.id – Tiga Hal Penting dalam Petuah Buya Hamka

 

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan HAMKA adalah seorang ulama, mufasir, sastrawan, sejarawan, sekaligus politikus yang sangat terkenal di Indonesia. Buya HAMKA juga seorang pembelajar yang otodidak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Di antara beberapa karyanya adalah Tafsir Al-Azhar, Tasawuf Modern, Tenggelamnya Kapal Vander Wijck, dan Di Bawah Lindungan Ka’bah.

Buya Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri agama dan juga aktif dalam perpolitikan Indonesia.

Pria kelahiran desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 ini meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun.

[Baca: Buya Hamka, Sang Otodidak Kawakan Asli Maninjau]

Selain banyak pesan tersirat dan tersurat dalam semua karya-karyanya, ada seuntai kalimat petuah dari Buya Hamka yang patut kita renungkan. Menurutnya, “Umur manusia yang singkat ini bisa dipanjangkan dengan Sebutan, dengan Amal dan Bekas Tangan.” Apa maksudnya?

Berikut sekilas penjelasannya.

Sebutan

Sebutan adalah nama yang melekat pada diri kita, identitas, status yang membuat orang mengenal kita. Ada orang yang memliki perusahaan besar di sebuah kampung misalnya atau di mana saja, maka meskipun orang-orang banyak tidak mengetahui nama aslinya tapi pasti rata-rata orang mengenal dirinya sebagai pemilik perusahaan besar tersebut, jika dia memilki perusahaan pabrik minyak, maka dia akan disebut sebagai juragan minyak, jika usaha atau perusahaannya adalah ternak kambing maka dia akan disebut sebagai juragan kambing dan lain-lainnya.

Sebutan demikian yang dimaksud memanjangkan umur, meskipun dia telah tiada tapi sebutan itu akan terus ada dan mungkin sebutan itu, lebih lama bertahan (panjang) dari pada umurnya semasa hidupnya. Sebutan seseorang akan terus melekat, sebutan baik akan dikenal baik dan mendapat kebaikan, sementara sebutan yang buruk akan mencerminkan keburukan dari orang-orang buruk.

Amal

Amal adalah perilaku, akhlak budi pekerti, etika terhadap lingkungan sosial dan kepada siapa saja. Perilaku manusia ibarat sebuah paku yang telah ditancapkan ke sebuah kayu, jika paku tersebut dicabut maka akan meninggalkan bekas yang sulit dihilangkan. Selamanya akan menjadi bekas dan butuh bertahun-tahun dan bahkan puluhan tahun untuk melupakannya.

Perilaku baik terhadap sesama akan dikenang dan mendapat kebaikan pula, seperti doa dan lain sebagainya. Sementara perilaku buruk akan meninggalkan bekas yang buruk dan akan menjadi kenangan pahit bagi setiap yang ditinggalkan. Banyak orang-orang sedih karena kehilangan orang-orang yang baik budi pekertinya, tapi sebaliknya banyak pula orang-orang bersyukur dengan kehilangan orang-orang jahat, karena selalu merugikan yang lainnya. Seperti sebuah syair dari penyair Arab, Sauqi:

ولدتك امك يا ابن ادم باكيا والناس حولك يضحكون سرورا تجهد لنفسك ان تكون اذا بكو في يوم موتك ضاحكا مسرورا

“Ketika engkau dilahirkan ibumu wahai anak adam, kau menangis dan orang-orang di sekitarmu tertawa senang. Bersungguh-sungguhlah untuk hidupmu sehingga mereka menangis saat engkau meninggal dunia, sementara kau tertawa senang.”

Bekas Tangan

Bekas tangan adalah kenangan yang terlihat, yang bisa disentuh oleh tangan dan dilihat oleh mata. Seperti tulisan, karya seni dan lain sebagainya. Banyak orang mencapai kesuksesan dirinya sehingga membuat bangga keluarga dan orang-orang sekitarnya, kemudian dikenang sebagai orang yang bisa menginspirasi orang lain. Namun sangat sedikit orang yang sukses lalu membahagiakan orang-orang di sekitarnya dan meninggalkan “bekas tangan” yang bermanfaat dari masa ke masa.

Membangun kesuksesan diri sendiri semasa hidup merupakan ambisi setiap orang dan itu menjadi hal yang lumrah, karena semua orang memiliki motivasi masing-masing. Sementara orang-orang yang berpikir untuk kelangsungan masa depan dan anak cucu selanjutnya sangat sedikit.

Mengajarkan orang lain dengan lisan akan berakhir dengan berakhirnya jatah kehidupan, sementara mengajarkan orang lain dengan tulisan akan tetap abadi selama masih ada pembaca yang membacanya.

Bekas tangan adalah puncak umur yang panjang, karena takkan tergilas oleh waktu. Waktu hanyalah menjadi rentang yang tak terukur baginya. Selamanya terus hidup.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *