Satu Islam Untuk Semua

Monday, 12 June 2017

Nuriyyah, Guru Kaligrafi Wanita Pertama Asal Maroko


islamindonesia.id – Nuriyyah, Guru Kaligrafi Wanita Pertama Asal Maroko

 

Mayoritas warga Maroko adalah Muslim. Tak heran jika masjid mudah ditemukan dengan azan bersahut-sahutan, begitupun halnya dengan orang mengaji.

Di kota besar, seperti Rabat dan Casablanca, banyak sekolah formal maupun non formal untuk mempelajari Al-Qur’an. Menariknya, di sekolah Al-Qur’an di Casablanca, ada kelas khusus untuk wanita. Mereka mempelajari cara menulis Al-Qur’an dalam bentuk kaligrafi dengan gaya Maroko.

Ada beberapa macam khat atau seni penulisan indah bahasa Arab yang dikenal, seperti khat kufi, khat nasakh, khat tsuluts, khat diwani, khat riq’ah dan khat maghribi.

Khat maghribi memang bukan jenis khat utama. Namun kaligrafi model maghribi ini merupakan karya seni yang sangat indah, dan menjadi pilihan gaya penulisan Al-Qur’an di Maroko, Tunisia, Aljazair, dan sekitarnya. Khat maghribi adalah gaya penulisan yang mendapat pengaruh dari huruf khat kufi di Abad ke-7 hingga ke-10.

Ada beberapa bentuk huruf hijaiyah pada gaya maghribi, yang berbeda dengan gaya huruf Arab yang kita kenal. Seperti huruf fa, kita mengenalnya dengan titik di atas. Pada khat maghribi huruf fa memiliki titik di bawah. Serta huruf qaf yang justru sama dengan fa, punya satu titik di atas.

Kelas kaligrafi ala maghribi ini memang bukan satu-satunya di Maroko. Namun kelas ini punya guru kaligrafi wanita pertama di Maroko.

Nuriyyah, wanita yang sudah cukup lama malang melintang di dunia kaligrafi. Ia belajar khat sejak tahun 2008, saat Raja Muhammad VI mengadakan lomba kaligrafi. Ia kemudian mendapat sertifikat resmi sebagai pengajar kaligrafi di tahun 2014.

Penulis khat di Maroko tak seperti penulis negara Arab lain, yang mereka mendapatkan perhatian dan tempat layak, seperti Mesir, Irak, punya sekolah kaligrafi yang sudah berdiri sejak lama hingga melahirkan alumni khat. Di Maroko belum sekuat negara lain karena belum ada sekolah khusus khat, terutama untuk perempuan. Ini hanya sekadar organisasi atau tempat les saja.

“Harapan saya, ada sekolah khusus khat di Maroko, yang bukan hanya sekadar formalitas namun juga mencipatakan suatu iklim untuk anak sejak dimulainya sekolah atau sejak kecil. Mereka bisa menulis khat sejak kecil lewat pendidikan formal. Persoalan sekarang anak-anak di sekolah tidak bisa menulis khat Maroko dengan bagus,” terang Nuriyyah.

Senang rasanya, masih ada Muslimah yang berusaha untuk melestarikan seni tulis indah khas negeri Maghribi ini.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *