Satu Islam Untuk Semua

Monday, 16 May 2016

ASMAUL HUSNA–Al-Awwal dan Al-Akhir


asmaul husna awwal dan akhir

IslamIndonesia.id – ASMAUL HUSNA–Al-Awwal dan Al-Akhir

Kata Al-Awwal dalam Alquran disebutkan sebanyak 42 kali, sedangkan yang menjadi nama Allah hanya terdapat dalam satu ayat,

qs. al-hadid ayat 3

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hadîd [57]: 3)

Ibn Faris mengatakan, “Al-Awwal adalah permulaan sesuatu dan Al-Âkhir adalah lawan dari Al-Mutaqaddim (yang terdahulu). Sementara Ar-Raghib mengatakan, “Al-Awwal adalah yang berada di depan dalam suatu urutan.”

Pada ayat di atas, Allah disebutkan dengan nama-nama yang saling berlawanan; sebagai Yang Awal juga Yang Akhir dan sebagai Yang Zhahir sekaligus Yang Bathin. Semua pertentangan ini bukan bersifat metaforis, tetapi hakiki dan sejati.

Dominasi Allah atas segala yang maujud meniscayakan kebergantungan segala sesuatu kepada-Nya. Wujud yang mungkin-ada pasti bergantung kepada Wujud yang Niscaya-ada. Segenap benda di alam semesta, baik besar dan kecil, galaksi maupun atom, materi maupun abstrak, sama-sama bergantung kepada Allah, sebagaimana kebergantungan akibat kepada sebabnya atau bayangan konseptual kepada objeknya.

Allah berfirman, “Dia (Allah) bersama kalian di mana pun kalian berada.” (QS. Al-Hadîd [57]: 4)

Mengingat dominasi Allah atas eksistensi segala sesuatu bersifat mutlak, maka objek apa pun yang kita beri sifat awal pasti telah didominasi Allah sebelumnya, dan objek apa pun yang kita beri sifat akhir pasti akan terus didominasi oleh Allah sesudahnya. Bahkan, keawalan dan keakhiran Ilahi ini tidak terkait oleh ruang dan waktu tertentu, melainkan meliputi seluruh keawalan dan keakhiran yang dapat terbayangkan oleh pikiran manusia.

Oleh karena itu, nama sekaligus sifat Al-Awwal dan Al-Âkhir adalah termasuk cabang dari nama Al-Muhîth (Yang Meliputi), yakni karena Wujud-Nya meliputi segala sesuatu. Maka Dia-lah Awal sebelum segala sesuatu ada dan Akhir sesudah segala sesuatu.

Diriwayatkan dari Sayyidina Ali k.w. beliau mengatakan, “Aku tidak melihat sesuatu kecuali bahwa aku tahu Allah sebelum sesuatu itu dan juga sesudahnya dan inilah tasawuf yang sempurna.”

Dengan kata lain, dua sifat tersebut adalah ungkapan tentang ‘azaliah-Nya (Yang Awal tanpa permulaan) dan abadiah-Nya (Yang Akhir tanpa kesudahan). Sesungguhnya Dia Wajib adanya (Wâjibul Wujûd) dan eksistensi-Nya bersumber dari dalam Dzat-Nya tanpa mencari dari tempat lain. Dia Azali tanpa permulaan sebagaimana tidak adanya penghabisan dalam Wujud-Nya.

Sesungguhnya Dia adalah Awal tanpa permulaan dan Akhir tanpa penghabisan. Terdapat berbagai tafsiran tentang ayat ini dan para ahli tafsir menyebutkan adanya 24 bentuk yang semuanya merupakan tafsir isyârî.[]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *