Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 16 December 2015

ANALISIS – Rumah Kartu Aliansi Militer Saudi


Seperti rumah kartu yang rapuh, pakta pertahanan negara-negara Muslim di bawah pimpinan Arab Saudi, yang pertama dalam sejarah dan digadang-gadang bakal seperti NATO, bertumbangan kurang dari 48 jam setelah Riyadh mengumumkannya. Pemerintah Indonesia termasuk yang pertama membantah pernyataan Riyadh yang menyebut Indonesia bagian dari sepuluh negara Muslim yang mendukung lahirnya Koalisi Militer Anti-Terorisme bentukan Riyadh.

“Indonesia tak pernah memberi pernyataan dukungan dalam bentuk apa pun,” kata Retno seperti dilansir Kompas, Rabu.

Tetangga Jakarta, Kuala Lumpur, juga membantah adanya komitmen militer dengan Riyadh menyusul nama Malaysia turut diumumkan sebagai anggota koalisi militer Saudi (15/12). “Inisiasi Saudi tidak berkonsekuensi adanya komitmen militer bagi Malaysia” kata Menteri Pertahanan Malaysia Hishamuddin Hussain kepada media.

Di Pakistan, Menteri Luar Negeri Aizaz Chaudhry terkejut mendengar Riyadh ‘mencatut’ negaranya sebagai bagian dari koalisi militer. “Kami telah meminta duta besar di Riyadh untuk mendapatkan klarifikasi dari Riyadh tentang masalah tersebut,” katanya.

Di Libanon, Menteri Luar Negeri Gebran Bassil menegaskan bahwa Riyadh tidak pernah berkonsultasi ihwal pembentukan aliansi militer. “Kami tidak tahu apapun tentang isu membentuk koalisi anti-teror Islam,” katanya

Sebelumnya, Saudi membentuk koalisi perang yang melibatkan belasan negara Islam untuk menginvasi Yaman. Alih-alih meraih kemenangan, negara termiskin di teluk itu telah menyeret negara-negara kaya yang berkoalisi dengan Saudi dalam perang yang berkepanjangan, melelahkan dan menguras dana. Uni Emirat Arab bahkan terpaksa harus mundur setelah mendapat tekanan publik lokal menyusul serangan Yaman ke pangkalan militer Safer yang menewaskan puluhan tentara koalisi dari Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Qatar.

Pengumuman aliansi militer ini hanya 48 jam setelah Saudi menderita pukulan paling mematikan dari pasukan perlawanan Yaman. Sebuah rudal balistik jarak pendek Tochka menghantam markas depan pasukan Saudi di Bab El Mandeb, selatan Yaman.

Serangan itu menewaskan 152 orang serdadu, termasuk Kolonel Abdullah Al Sahyan, komandan tertinggi pasukan khusus Saudi di Yaman, belasan perwira Emirat dan tentara bayaran Blackwater. Dua hari sebelumnya, Al Sahyan sesumbar di teve kalau pasukan Saudi meraup kemenangan besar di Yaman.

Saudi bisa jadi punya tujuan panjang dengan merancang aliansi militer yang  melibatkan 34 negara Islam di Teluk, Afrika dan Asia . Tapi ketergesa-gesaan Saudi mengumumkan aliansi militer dengan mencatut nama sejumlah negara mendorong sebagian analis menduga ini sekadar manuver Riyadh  untuk menutup kekalahan paling mematikan di Yaman.

Edy/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *