Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 30 October 2014

Kementerian Energi Uji Kelayakan Bahan Bakar Nabati


Bahan bakar nabati.

Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan memastikan kesiapan Bahan Bakar Nabati (BBN) B20 (Biodiesel 20% + solar 80%) untuk dimanfaatkan secara massal pada 2016 Setelah selama setahun terakhir B10 (Biodiesel 10% + solar90%) dicobakan di kendaraan bermotor.

Menurut Direktur Bioenergi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, secara praktik pemanfaatan B20 pada kendaraan bermotor sudah teruji handal di lapangan.

“Jadi ini sebenarnya bukan lagi uji jalan, melainkan pemantapan dari B20 yang sejak 2008 sudah diuji coba. Jadi nanti saat mandatori berjalan di tahun 2016 sudah tidak ada kendala,” ujar Dadan saat melakukan kembali uji jalan B20 di Lembang, Bandung, pekan lalu.

Untuk memantapkan penggunaan B20 secara maksimal di kendaraan bermotor, lanjut Dadan, jalur tempuhnya pun dipilih secara matang yakni dengan mengambil rute berangkat Serpong-Jagorawi-Puncak-Cianjur-Padalarang-Cileunyi-Bandung-Lembang dan dilakukan selama 2 hari, sejak hari Sabtu sampai Minggu (25-26 Oktober 2014).

Dari Lembang, uji pemantapan kembali dilakukan dengan mengendarai kembali mobil B20 melalui rute Subang-Cikampek-Palimanan-Karawang-Cibitung dan Serpong. Sampai saat ini, mobil berisi B20 yang sudah melalui berbagai uji coba itu sudah menempuh total jarak 40.000 km.

Dalam uji jalan ini Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE menggandeng BPPT, PT Pertamina, Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Selain uji coba dalam jarak tempuh, berbagai ujian lain juga dijalankan seperti rating komponen, uji emisi, uji pelumas dan uji kinerja kendaraan.

“Selama ini kekhawatiran penggunaan BBN itu akan menggumpal di suhu dingin. Jadi di Lembang sengaja diinapkan untuk menguji apakah mesin jadi susah untuk hidup atau mogok. Tapi ternyata tidak. Uji jalan sebelumnya juga di bulan Juli sampai Lembang,” ujarnya lagi.

Hasil dari semua uji ini nantinya akan dijadikan sebagai rekomendasi teknis bagi produsen kendaraan bermotor yang diwakili oleh Gaikindo. Gaikindo sendiri masih menyediakan mobil yang sama dengan uji coba Juli lalu yakni 2 unit Mitsubishi Pajero, 2 unit Toyota Innova dan 2 unit Chevrolet Spin.

Ditjen EBTKE optimis biodiesel 20 persen bisa dimanfaatkan secara resmi pada 2016. Untuk mendukung ketersediaannya, akan dikembangkan 24 pabrik penghasil biodiesel 20 persen, dari saat ini sudah ada 12 pabrik oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Selain itu, penggunaan BBN B20 akan mengurangi impor solar dan menghemat uang negara sebesar USD6 miliar atau setara Rp72,4 triliun. Selama ini, Indonesia mengimpor 40% Solar dalam negeri yang hampir tiap harinya menghabiskan uang sebesar Rp1 triliun. Penghematan itu terjadi karena selain tidak impor juga semua produksi B20 murni dilakukan di dalam negeri, yaitu dengan mengolah dari minyak jelantah yang dihasilkan kelapa sawit.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara penghasil minyak sawit (CPO) terbesar di dunia. Produksi tiap tahunnya mencapai 30 juta ton dan mengekspor sebanyak 20 juta ton pertahun. Jika satu ton diolah menjadi biodiesel, bisa menghasilkan 20.000 barel.

“Teknologi kita sudah mampu mengolah B20 menjadi bahan bakar yang 99% mendekati solar murni (B0). Lab kami di Puspiptek Serpong terus mengembangkan biodiesel dan memastikan B20 itu berfungsi selayaknya B0,” kata Kepala Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi (BRDST) BPPT, Puspiptek Serpong, kata Riza.

(Wahyu/berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *