Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 13 December 2015

Cak Nun: Salam ‘Sampurasun’ Warisan Budaya Islam


Islam tidak bisa dilaksanakan secara sempurna jika tanpa kebudayaan lantaran budaya dan agama ibarat dua sisi mata uang yang keduanya selalu seiring sejalan. “Apa tidak sadar bahwa masjid, sajadah, baju merupakan produk budaya,” kata Emha “Cak Nun” Ainin Najib di sebuah peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di Purwakarta, Sabtu (12/12).

Menurut Cak Nun, sapaan ‘Sampurasun’, yang merupakan salam khas Sunda, merupakan produk budaya para leluhur yang diabadikan oleh para anak-cucunya hinggi kini. Sebab itu, katanya, sangat tidak sopan jika diplesetkan menjadi ‘Campur Racun’.

“Tidak baik apa yang telah dirumuskan orang tua dahulu kemudian dijadikan plesetan hingga orang lain keliru menafsirkannya. Kelakuan itu bukanlah contoh yang harus diikuti. Tidak sopanlah,” kata Cak Nun menyinggung seorang tokoh Islam yang mencemooh penggunaan salam Sampurasun belum lama ini.

Menurut Cak Nun, manusia dalam menuju Allah melalui dua cara. Pertama, Allah menghadirkan diri-Nya dalam kehidupan manusia. Kedua, manusia berusaha menghadirkan Allah dalam kehidupan sehari-hari. 

Sampurasun adalah ikhtiar manusia untuk menghadirkan Allah, karena merupakan rumusan tentang cara memelihara kebahagian dan kebersamaan sesama manusia, katanya.

“Salam itu tidak ada korelasi negatif dengan akidah. Dan jika ada pihak yang mempersoalkan, pastinya ada motif lain di balik itu,” kata pemilik Maiyah Padhangmbulan di Bantul ini.

Cak Nun juga mengingatkan agar jangan gampang memvonis ‘kafir atau syirik’ karena itu “urusan hati”.

Soal syirik itu hak Allah. Yang mengetahui syirik, kufur hanya Allah, yang punya hak bukan manusia, katanya. 

MA/IslamIndonesia/Tempo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *