Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 13 May 2015

POJOK NEGERI – ‘Sekolah Lumpur’ di Enggano


Simak perjuangan para pelajar SMA Negeri 1 Pulau Enggano di Bengkulu Utara ini. Tiap hari, mereka harus menembus jalan berlumpur untuk sampai di sekolah mereka yang berada di Desa Kaana.

“Setiap hari kami harus berjalan kaki dengan melepas sepatu menuju sekolah karena jalan rusak parah,” kata salah seorang guru di SMA Negeri 1 Pulau Enggano, Denny Irawan, saat dihubungi Antaranews.com dari Bengkulu, Senin.

Perjuangan guru dan pelajar itu, yang juga bisa dibaca sebagai penderitaan mereka, otomatis bertambah jika musim hujan tiba. Lumpur makin banyak dan tentu makin berat untuk mereka lalui.

Bukan cuma itu. Bila musim hujan datang, jalan tanah di depan sekolah sama sekali tidak bisa dilalui. Untuk tetap bisa bersekolah, mereka berjalan kaki memutar ke tepi pantai dan kembali masuk ke jalur jalan antardesa di dekat Desa Malakoni.

“Jalan tanah di depan sekolah butuh perbaikan mendesak. Kadang kami terpaksa masuk siang karena jalan tidak bisa dilalui,” katanya. Tidak usah lagi ditanya kemungkinan kendaraan bermotor bisa lewat “jalan” itu. Juga tidak lagi perlu ditanya waktu yang diperlukan mereka dalam perjalanan kaki dari rumah ke sekolah.

Kampung mereka berada di kawasan pesisir. Adalah TNI AL setempat yang berinisiatif memperbaiki akses jalan di Desa Kaana itu dan proses perbaikan sedang dilakukan personel-personel TNI AL setempat.

Ia mengatakan jalan antardesa yang menghubungkan enam desa di Pulau Enggano merupakan kebutuhan vital masyarakat di pulau terluar itu.

Apalagi SMA Negeri 1 Pulau Enggano merupakan satu-satunya sekolah tingkat atas di pulau berpenduduk lebih 2.800 jiwa itu.

Tentang kondisi jalan, Kepala Desa Apoho, Redy Heloman, saat dihubungi dari Bengkulu, menyatakan, perbaikan jalan rusak antardesa kebutuhan utama masyarakat di pulau itu.

“Selain belum ada penerangan dari PLN, kami juga mendesak pemerintah memperbaiki jalan utama antardesa di Enggano,” kata dia.

Kerusakan jalan tersebut selain mengganggu akses pelajar ke sekolah, juga menghambat pengangkutan hasil bumi dari sejumlah desa ke Pelabuhan Kahyapu.

MH/Antaranews

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *