Satu Islam Untuk Semua

Friday, 29 January 2016

KAJIAN – Makna Solidaritas Muslim


Mungkin banyak dari kita sudah pernah mendengar hadis Rasulullah berikut ini:

مٓن لم يهتمّ بأٓمر المسلمين فليس منهم

Artinya: “Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin, maka dia tidak termasuk dalam golongan mereka.” Tentu saja kandungan hadis ini benar adanya. Tidak ada yang dapat menyangkal ajaran Islam tentang kepedulian dan solidaritas atas sesama Muslim. Perilaku keseharian Rasulullah sarat dengan teladan ini.

Akan tetapi, sebagian orang telah menyalahpahami (sekaligus menyalahgunakan) maksud dari anjuran kepedulian dan solidaritas itu sehingga terperosok dalam aksi agitasi dan provokasi umat untuk memperbesar konflik dan kekacauan, bukan menyelesaikan masalah yang ada.

Ambil contoh berbagai aksi mobilisasi dukungan untuk konflik Suriah, Irak dan Yaman belakangan ini (lihat gambar utama artikel ini-Red). Di acara-acara serupa itu kita sering mendengarkan agitasi, provokasi dan ujaran kebencian dengan dalih ihtimam bi amril Muslimin (peduli dengan urusan sesama Muslim). Padahal, bila kita amati, kepedulian yang berpijak pada kebencian dan permusuhan itu tidak akan menyelesaikan masalah melainkan justru akan memperbesar dan memperlebarnya.

Kasus konflik di Suriah dan Irak adalah contoh anyar dan nyata atas penyalahgunaan kandungan hadis di atas. Bantuan yang seharusnya diarahkan untuk menyelesaikan, atau setidaknya meringankan, prahara kemanusiaan yang terjadi di kedua negara itu, justru berbalik menjadi ajang pelampiasan kemarahan dan kebencian. Bukan hanya itu, di acara-acara penggalangan dana untuk Suriah dan Irak, tidak sedikit pembicara yang menghasut umat untuk saling membenci sesama Muslim di negara lain yang sama sekali tidak terlibat dalam konflik yang terjadi. Merebaknya aksi-aksi teror yang mengatasnamakan pembelaan atas Muslim di Suriah dan Irak akhirnya terjadi di mana-mana, terutama di negeri-negeri dengan mayoritas penduduk Muslim. Beberapa warga Muslim Jakarta pun akhirnya menjadi korban agitasi tersebut.

Oleh sebab itu, marilah kita pahami apa maksud dari hadis mulia Rasulullah di atas. Penjelasan pertama sebenarnya ada dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 36. Allah berfirman:

وَاعبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشرِكوا بِهِ شَيئًا ۖ وَبِالوالِدَينِ إِحسانًا وَبِذِي القُربىٰ وَاليَتامىٰ وَالمَساكينِ وَالجارِ ذِي القُربىٰ وَالجارِ الجُنُبِ وَالصّاحِبِ بِالجَنبِ وَابنِ السَّبيلِ وَما مَلَكَت أَيمانُكُم ۗ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَن كانَ مُختالًا فَخورًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil (orang-orang yang terlantar akibat kehabisan bekal) dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”

Perhatikan berbagai kategori orang yang wajib menjadi perhatian kebaikan kita: kedua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman di sekitar atau sejawat, dan orang-orang yang terlantar. Ada satu unsur yang mempersatukan semuanya: kedekatan. Ayat itu sepertinya ingin mengatakan bahwa orang yang akan dibantu haruslah orang yang dekat dengan kita sehingga kita tahu persis apa bantuan yang paling diperlukannya dan bagaimana cara yang terbaik untuk menyalurkannya.

Ayat ini kemudian diperjelas dengan sejumlah ayat lain yang menyuruh kita memperhatikan karib-kerabat kita dan hadis-hadis Nabi yang menyuruh kita peduli dengan tetangga di sekitar.

Misalnya dalam surah Al-Baqarah ayat 215 berikut:

يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ ۖ قُلْ مَا أَنفَقْتُم مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: ‘Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil (orang-orang yang terlantar akibat kehabisan bekal).’ Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”

Dari berbagai tafsir atas ayat di atas lantas tersiar perkataan yang masyhur berikut ini:

الأقربون أولى بالمعروف

Artinya: “Karib kerabat terdekat adalah yang paling utama mendapat kebaikan.” Di samping itu kita dapat membaca banyak sekali hadis yang menekankan tentang pentingnya kita memperhatikan tetangga, yang lagi-lagi mengingatkan tentang perlunya perhatian dan kepedulian kita terhadap apa yang dapat kita amati dan ketahui dengan pasti.

Contoh yang baik dalam ekspresi kepedulian dan solidaritas kepada sesama Muslim ialah apa yang telah selama ini digalang oleh Muslimin Indonesia untuk membangun rumah sakit di Gaza. Meski jauh, tapi ekspresi kepedulian ini tepat sasaran. Dan ini tidak lain datang dari pemahaman yang utuh akan situasi yang ada di lapangan di samping tentunya juga kesadaran rakyat Palestina sendiri bahwa kedatangan para kombatan ke tanah pendudukan Palestina bukan saja tidak meringankan beban mereka tapi juga mengecilkan tekad bangsa itu sendiri untuk merdeka.

Kesimpulannya, benar sekali bahwa Islam mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama Muslim, bahkan dengan sesama manusia lain dan alam secara keseluruhan. Tapi yang tidak kalah pentingnya dalam anjuran itu adalah perintah agar kita memastikan bahwa ungkapan dan tindakan kepedulian kita tidak malah menjadi bencana dan nestapa baru. Itulah sebabnya Al-Qur’an dan Sunah sangat menekankan soal “kedekatan” dan “apa yang di sekitar kita”. Makna “kedekatan” di sini bukan hanya sebatas fisik dan geografis melainkan suatu pengetahuan yang dihasilkan dari observasi yang objektif dan netral.[]

AJ/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *