Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 07 May 2023

Sekilas tentang Ilmu dan Pakar Ilmu Nasab


islamindonesia.id – Mungkin tak banyak di antara kita yang benar-benar tahu atau hafal tentang nasab atau asal-usul keturunan kita. Tak berlebihan bila ada orang yang mampu hafal nasab leluhurnya sampai generasi keempat saja, untuk tradisi di negeri kita ini sudah bisa dipandang lumayan.

Ada seorang dosen pernah meminta mahasiswa di kelasnya untuk menyebut nasab mereka secara lengkap. Ternyata rata-rata mereka hanya tahu sampai level kakek/nenek (orangtua ayah-ibu mereka) saja. Sebagian kecil malah hanya tahu nama ayah dan ibunya. Bahkan, ada salah satu yang mengakui bahwa sampai usia SMP tidak tahu nama ayah dan ibunya karena selama ini hanya mengenal dengan panggilan “Mama-Papa” saja!

Hanya sebagian kecil sekali di kalangan mahasiswa yang mengetahui nasab panjang keluarganya. Bila diperhatikan, mereka yang menjaga nasab ini ada tiga kelompok. Pertama, keturunan Arab (termasuk keturunan habaib, sayyid dan sayyidah). Kedua, keluarga kyai pesantren. Ketiga, orang umum yang sering diajak orang tuanya ziarah ke makam leluhur.

Beginilah kondisi umat Islam di negeri kita. Rata-rata tidak peduli dengan upaya menjaga nasab, padahal menjaga nasab adalah salah satu ajaran Islam yang penting.

Rasulullah s.a.w bersabda: “Kenalilah nasab kalian, dengan demikian kalian bisa menyambung tali silaturahmi.” (H.R. Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubro)

Paling tidak, ada tiga urgensi mengenali nasab diri. Pertama, untuk melaksanakan hukum waris Islam. Kedua, untuk menghindari pernikahan yang haram karena menikahi mahram. Ketiga, untuk melaksanakan perintah silaturahmi. Mereka yang mengabaikan nasab, hampir bisa dipastikan juga tidak terlalu sensitif dengan tiga perkara di atas dan cenderung mengabaikannya.

Berbeda dengan kita, orang Arab terkenal sangat menjaga nasabnya. Tidak heran jika untuk nasab Rasulullah s.a.w sampai ada yang mengurutkan dan menyambungkan nasab beliau sampai ke Nabi Adam, meskipun nasab yang sahih dan disepakati hanya sampai generasi ke 21 saja, yakni sampai Adnan saja.

Beberapa sahabat juga terkenal sebagai pakar dan menguasai ilmu nasab. Di antara mereka adalah Ibnu Abbas, Jubair bin Muth’im, Hassan bin Tsabit, Hakim bin Hizam, Huwaithib bin Abdul Uzza, Makhramah bin Naufal Az-Zuhri, Daghfal bin Hanzhalah, dan lain-lain. Hanya saja, ilmu nasab saat itu masih belum tertulis dan terdokumentasi dengan baik apalagi terkodifikasi rapi. Saat itu ilmu nasab masih ditularkan dan diturunkan dari mulut ke mulut.

Pelopor yang mula-mula berusaha menulis dan mendokumentasikan ilmu ini adalah Ibnu As-Sa-ib Al-Kalbi (w. 204 H). Beliau mengarang lima kitab dalam bidang ini yaitu Al-Manzil, Jamharotu An-Nasab, Al-Wajiz, Al-Farid, dan Al-Muluki.

Setelah itu muncul ahli nasab yang lain yakni putranya yang bernama Ibnu Hisyam (w. 213 H) pengarang As-Sirah An-Nabawiyyah yang terkenal itu dengan kitabnya; Ansabu Himyar wa Mulukiha, lalu muncul Ibnu Sa’ad (w. 231 H) dengan kitabnya; Ath-Thabaqat Al-Kubra, Abu Ja’far An-Nahwi (w. 245 H) dengan kitabnya; Ansabu Asy’-Syu’ara’, Zubair bin Bakkar (w. 256 H) dengan kitabnya; Ansab Quraisy, Al-Baladzuri (w. 279 H) dengan kitabnya; Ansabu Al-Asyraf, Al-Hamadani (w. 334 H) dengan kitabnya; Al-Iklil, Ibnu Hazm (w. 456 H), dengan kitabnya; Jamharotu Ansabi Al-‘Arab, As-Sam’ani (w. 562 H) dengan karyanya; Al-Ansab, An-Najjar (w. 643 H) dengan karyanya; Ansab Al-Muhadditsin, dan lain-lain.

Hanya saja, jika dibuat statistik, orang yang ahli dalam ilmu nasab memang tidak banyak. Apalagi di zaman sekarang.

Dalam hitungan Bakr Abu Zaid, pada abad pertama hijriyah jumlah pakar ilmu nasab hanyalah 47 orang. Setelah itu, pada abad kedua naik menjadi 58 orang. Setelah itu pada abad-abad berikutnya berturut-turut jumlah pakar ilmu nasab adalah sebagai berikut;

Abad ketiga; 82 orang

Abad keempat; 88 orang

Abad kelima; 101 orang

Abad keenam; 48 orang

Abad ketujuh; 46 orang

Abad kedelapan; 35 orang

Abad kesembilan; 31 orang

Abad kesepuluh; 17 orang

Abad kesebelas; 24 orang

Abad keduabelas; 21 orang

Abad ketiga belas; 32 orang

Abad keempat belas; 46 orang

Abad kelima belas; 2 orang

Dari data di atas, tampaklah bahwa abad yang paling parah adalah abad kita sekarang ini. Dalam pendapat Bakr Abu Zaid, ulama zaman sekarang yang bisa disebut ahli nasab hanya dua orang yaitu Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syanqithi dan Abdurrahman bin Abdul Lathif Alu Asy-Syaikh.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *